Lihat ke Halaman Asli

alfath firdaus

seorang mahasiswa jurnalistik, jenjang pendidikan S1 di universitas islam negeri syarif hidayatullah jakrata

Panduan Persiapan Retorika

Diperbarui: 22 Mei 2024   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi Pribadi)


Oleh: Syamsul yakin dan alfath firdaus
Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pidato adalah sebuah seni yang bisa dipelajari. Sebagai keterampilan, pidato memerlukan latihan dan kebiasaan berbicara di depan umum. Selain keterampilan, pidato juga harus didukung oleh pengetahuan linguistik agar pilihan kata yang digunakan bervariasi, menarik, dan estetik.

Keterampilan dan pengetahuan linguistik diperlukan untuk berbagai tujuan pidato, baik yang bersifat informatif, persuasif, maupun rekreatif. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, diperlukan persiapan yang matang.

Tahap pertama persiapan adalah menentukan topik pidato, yang merupakan pokok masalah yang masih bersifat umum dan abstrak. Topik pidato adalah inti pembicaraan secara keseluruhan. Dalam praktiknya, topik ini akan dijabarkan lebih rinci dalam sebuah judul.

Tahap berikutnya adalah menentukan tujuan pidato, apakah informatif, persuasif, atau rekreatif. Meskipun pidato yang baik seharusnya mengandung ketiganya, tetap harus ada tujuan utama yang ditentukan. Misalnya, pidato seorang menteri lebih bersifat informatif, pidato politisi lebih persuasif, dan pidato seorang artis lebih rekreatif. Namun, pidato seorang penceramah agama harus mengandung unsur informatif, persuasif, dan rekreatif sekaligus.

Selanjutnya, agar pidato bermutu dan memiliki isi yang kuat, tahap persiapan berikutnya adalah membaca literatur yang relevan dengan topik dan judul pidato untuk memperkuat dasar pengetahuan. Literatur yang dibaca tidak hanya buku, tetapi juga hasil survei dan dokumen lainnya. Bagi penceramah agama, tahapan ini lebih panjang, mulai dari memahami Al-Qur'an, hadits Nabi, karya ulama, hingga ilmu bantu lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora.

Tahap berikutnya bersifat teknis, yaitu membuat kerangka pidato mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Durasi pembukaan harus singkat dan yang terpenting adalah menyampaikan judul pidato dengan cara interogatif. Isi pidato harus mudah dipahami dan diingat, bisa menggunakan metode numerik seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya, dalam ceramah agama bisa dijelaskan tiga ciri orang munafik secara berurutan.

Penutup pidato harus memberikan jawaban singkat mengenai topik yang diangkat dan harus singkat karena penjelasan rinci sudah disampaikan di bagian isi.

Tahapan persiapan pidato bisa disesuaikan dengan materi dan tujuan pidato. Media dan audiens juga mempengaruhi persiapan pidato. Misalnya, persiapan pidato di televisi berbeda dengan di radio. Begitu pula persiapan pidato politisi berbeda dengan pidato artis atau penceramah agama.*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline