Lihat ke Halaman Asli

Alfath

Mahasiswa

Pendidikan Pengalaman Hidup Prof Alimin Mesra

Diperbarui: 23 Agustus 2024   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Assalamu'alaikum..wr..wb..

     Salam sejahtera untuk kita semua, dan salam sejahtra juga untuk teman-teman saudara seperjuangan. Dalam tulisan ini saya dan teman saya ingin menyampaikan terikat dengan informasi yang telah kami peroleh dari narasumber yang telah mau berbagi suka dan dukanya dengan berbagai pengalaman baik itu kesedihan, kepahitan, senang, maupun rasa syukur beliau terhadap segala proses hidupnya, yah tentu saja dengan Prof Alimin.

       Setidaknya infomasi yang saya dan juga teman saya berikan mampu membuat inspirasi dan juga semangat hidup kita kembali hadir dan memberikan banyak dan motivasi juga manfaat yang kita dapat dari beliau. walaupun informasi yang akan saya berikan tidaklah banyak atau membuat para pembaca itu Merasa sangat puas.

Dalam kehidupan pasti tidak akan lepas dari cobaan. Semua orang pasti pernah merasakan hidup sulit dan tidak berjalan mulus. Seperti Prof. Alimin Mesra, seorang guru besar dan hafidz 30 juz yang menjalani kehidupan nya dengan kondisi mata beliau yang buta. 

        Prof. Alimin Mesra menurut data beliau lahir 25 Agustus 1969. Namun versi cerita ibunya adalah 14 Juni 1971 yang diceritakan bahwa Alimin lahir 20 hari menjelang Pemilu 1971. Beliau seorang dosen di Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau telah divonis penyakit Retinitispigmentosa di tahun 2010, menurut dari alodokter.com Retinitis Pigmentosa merupakan sekelompok penyakit pada retina yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami rabun jauh dan gangguan penglihatan yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya mengalami kebutaan.

       Dari sinilah kehidupan perih beliau dimulai sejak beliau mengalami kebutaan pada tahun 2016. Kehidupan Prof Alimin sjak mengalami kebutaan beliau merasa sedih, resah juga cemas. Untuk mencapai proses manjadi guru besar beliau secara terus menerus belajar dan mempelajari dan bahkan membuat karya sehingga, sampai pada suatu hari akhirnya beliau menjadi seorang guru besar serta penghafal 30 juz pada masa kebutaannya. Beliau juga tetap melanjutkan karyanya dengan sebuah alat yang dibuatnya dari bahan yang hanya terbuat dari kayu, karet dan staples yang nantinya alat ini akan menjadikan sebuah alat untuk membantunya dalam menulis. Bahkan juga pada saat ini beliau menulis jurnal-jurnal yang sesuai dengan profesi beliau seperti; 

1. Model pengelolaan wakaf produktif tabungan wakaf Indonesia Dompet Dhuafa (studi pada: kawasan Zona Madina Dompet Dhuafa di Parung Bogor)

2. Metode Mumtaz; Cepat dan Mudah Pintar Membaca Kitab Kuning

3. Verifikasi Identitas Biologis Menjelang Perkawinan Dalam Perspektif Fikih




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline