Lihat ke Halaman Asli

Alfasrin

Unpredictable

Sepasang Dua Puluh - Puisi Alfasrin

Diperbarui: 19 Desember 2020   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun 2020 ini, aku ibaratkan seperti putri duyung.

Setengah tubuhnya manusia, selebihnya ikan dengan ekor tanpa insang.
Dia adalah perenang yang handal di lautan yang luas tanpa batas namun lemah di daratan tanpa ujung.

Sebagai seorang putri, ia adalah pewaris kekuatan terbesar di lautan.
Bisa mengendalikan semua makhluk lautan dalam khayalan bahkan nyata sekali pun.
Maka dari itu, duyung yang satu ini punya peran dalam masa yang akan datang.

Sayang sekali, putri duyung yang hampir menua malah terikat janji dengan seorang manusia, yap dia bajak laut.

Jika bulan dan matahari sebagai refleksi siang dan malam, maka putri duyung dan bajak laut adalah sinonimnya.

Putri duyung dan bajak laut berjanji akan mempersatukan dunia laut dan daratan.
Hampir-hampir berhasil.
Cukup lama juga berjuang.
Usahanya kandas, karena pantai.

Sebab pantai adalah tempat terindah menyaksikan antara matahari dan bulan berdekatan.
Saling mengganti makna dan cerita,
Gonta-ganti waktu dan peristiwa,
Hingga tak ada yang menyangka bahwa jarak antara Januari dan Desember hanyalah pantai.
Pantai yang membantu putri duyung dan bajak laut berjumpa hingga dongeng terasa nyata.

Gini, Dimas.

Ketika kita punya poin yang sama dengan orang lain, disaat itu kita ga punya warna.

Sama dengan Suka Duka 2020.

Tahun kabisat yang jarang-jarangnya ada 29 hari di bulan Februari, jangan kira itu berkah apa lagi musibah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline