Lihat ke Halaman Asli

Alfarisma Melandika

Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Di Bawah Terik Matahari

Diperbarui: 30 Oktober 2022   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi terik matahari (Sumber : animenyus.com)

Tak terhitung peluh yang bercucuran
Membasahi kulitmu yang makin kusam
Di balik baju kumal kau berlindung
Dari terik matahari yang menyengat

Deru mesin molen yang terus berputar
Adalah langkahmu menapaki hidup
Yang selalu jadi pengharapan
Walau sempat tebersit cemas
Akankah dia akan terus berputar

Dari guratan wajahmu
Terlihat begitu berat beban yang dipikul
Hanya ikhlas dan pasrah
Yang terus membuatmu berdiri tegak
Diiringi lantunan doa yang selalu kau ucap
Semesta menyaksikan perjuangan hidupmu

Aku yang sejenak berada di antara teriknya panas
Serasa matahari telah memeras keringatku
Yang terus mengucur deras
Akupun tertunduk malu
Tak seharusnya aku mengeluh

Tarakan, 30 Oktober 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline