Akhir-akhir ini masyarakat diramaikan dengan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang berencana akan menghapus PR (Pekerjaan Rumah) bagi siswa SD dan SMP mulai tanggal 10 November 2022 atau bertepatan dengan Hari Pahlawan. Hal ini bukan tanpa alasan, menurut Dinas Pendidikan Kota Surabaya beban belajar anak di sekolah sudah cukup berat, jika masih ditambah lagi dengan adanya PR maka akan menambah beban belajar anak yang sudah cukup berat itu. Tentu hal ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan baik itu siswa, orang tua, guru, dan pihak lainnya.
Saya pribadi pernah mengalami trauma mengerjakan PR. Itu terjadi pada tahun pelajaran 1993/1994 saat saya masih duduk di kelas 3 SD. Bagaimana tidak trauma, anak seusia kelas 3 SD sudah mendapat PR yang jumlahnya lebih dari 50 soal bahkan pernah hampir 100 soal, itu soal isian ya bukan pilihan ganda.
Apalagi waktu itu PR yang sering diberikan oleh guru adalah PR Matematika dan Keterampilan. Alhasil saya sering menangis setelah pulang sekolah membayangkan mengerjakan PR yang begitu banyaknya. Akhirnya saya kerjakan PR itu setelah pulang sekolah walaupun masih meluangkan waktu untuk bermain, mengaji, dan membantu orang tua. Pada malam harinya, PR itu dikerjakan keroyokan bersama orang tua saya, yang penting PR itu bisa selesai karena jika PR itu tidak selesai maka saya akan menangis esok paginya tidak mau masuk sekolah.
Walaupun sebenarnya bantuan yang diberikan orang tua saya itu salah, karena mereka ikut mengerjakan tapi karena mengingat banyaknya PR yang saya kerjakan akhirnya cara itu tetap ditempuh. Belum lagi kalau ada PR Keterampilan yang tergolong berat bagi anak kelas 3 SD, seperti salah satunya yang paling saya ingat sampai sekarang yaitu membuat patung bebek dari sabut kelapa dan semen putih. Dan tugas itu akhirnya Bapak saya yang langsung turun tangan. Dan selama saya sekolah, di kelas 3 SD itulah saya mendapatkan nilai merah di rapor, angka 4 menghiasi rapor saya. Tapi memasuki kelas berikutnya sampai lulus SMA, tidak ada lagi PR yang bisa membuat saya menangis karena PR-PR selanjutnya tidak berlebihan.
Dan sekarang, anak-anak di rumah akan belajar bahkan tanpa disuruh jika ada PR. Ada beberapa waktu mereka tidak belajar dan ketika ditegur mengapa tidak belajar jawabannya hanya satu, karena tidak ada PR. Mungkin begitu juga yang terjadi pada anak-anak yang lain. Padahal belajar bukan tentang mengerjakan PR atau ada ulangan saja. Belajar bisa dilakukan untuk mengulang materi yang telah diberikan guru di sekolah atau membaca materi yang akan diajarkan guru di sekolah.
Sebenarnya PR itu sangat bermanfaat bagi siswa jika diberikan sewajarnya, tidak berlebihan, dan tidak memberatkan. Manfaat PR bagi siswa antara lain:
- Melatih disiplin dan tanggung jawab, dengan adanya PR maka siswa akan belajar mengatur waktu dengan cara menjadwalkan waktu belajar di rumah, jika itu dilaksanakan secara rutin maka akan menjadi kebiasaan. Dan dengan mereka menyelesaikan PR yang diberikan guru maka akan tumbuh sikap tanggung jawab.
- Meningkatkan motivasi belajar, dengan adanya PR maka siswa akan semakin rajin dan semangat untuk belajar. Menyelesaikan PR sama dengan menyelesaikan tantangan sehingga ada kepuasan tersendiri saat PR itu bisa terselesaikan apalagi kalau mendapat nilai bagus.
- Meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan, dengan adanya PR maka siswa akan menyelesaikan soal-soal tentang materi yang telah diberikan guru di sekolah. Dengan begitu, siswa mengetahui seberapa besar pemahaman mereka terhadap materi tersebut. Jika mereka kurang memahami materi tersebut, maka mereka akan berusaha agar lebih paham dengan cara membaca atau bertanya kepada orang lain.
- Melatih komunikasi dan meningkatkan kepercayaan diri, jika siswa menemukan kesulitan saat mengerjakan PR maka dia akan bertanya kepada orang lain, entah itu kepada guru, teman, saudara ataupun orang tua. Dengan bertanya kepada orang lain, maka mereka telah mengasah kemampuan berkomunikasi dan belajar memahami penjelasan orang lain atau menjelaskan kepada orang lain. Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari dan dengan berkomunikasi hubungan siswa dengan guru, teman, saudara atau orang tua akan menjadi lebih dekat. Dan dengan bertanya kepada orang lain bisa membuat siswa lebih berani dan percaya diri.
Itulah beberapa manfaat adanya PR bagi siswa dan tentunya masih banyak manfaat lainnya. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Siswa Dibebaskan PR. Bisa jadi mereka tidak akan belajar di rumah dan yang lebih parah seandainya mereka sibuk dengan gawainya. Begitupun dengan orang tua, jika anaknya tidak ada PR sehingga menyebabkan anaknya tidak belajar, mereka pun akan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Bisa jadi mereka, baik itu anak maupun orang tua akan sibuk dengan dunia mayanya masing-masing. Sebenarnya PR itu tidak memberatkan siswa dan akan memberi manfaat bagi siswa jika diberikan sewajarnya dan tidak berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H