Lihat ke Halaman Asli

Alfarisma Melandika

Pecinta kopi, coklat, hujan, dan senja

Sebuah Surat untuk Suamiku

Diperbarui: 13 Oktober 2022   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai suamiku, tahukah engkau?
Sejak engkau mengucapkan ikrar di hadapan Allah
Sejak saat itulah aku menjadi tanggung jawabmu
Engkau mengambil posisi ayahku sebagai pelindung
Menggantikan posisi ibuku sebagai tempat curahan hati
Menjadi sahabat yang selalu setia dalam suka dan duka
Menjadi imam dalam sholatku
Menjadi petunjuk saat aku tersesat
Menjadi penerang saat aku berada dalam kegelapan
Menjadi penenang saat aku gundah
Tempatku bermanja dan berbagi

Tapi istrimu ini bukanlah wanita sempurna
Istrimu tidak semulia Khadijah
Tidak setaqwa Aisyah
Tidak setabah Fatimah
Apalagi secantik Zulaikha
Aku hanyalah seorang wanita yang ingin mengarungi samudera kehidupan bersama seorang nakhoda
Dan engkaulah nakhoda itu
Aku ingin menjadi satu-satunya permaisuri dalam kerajaan hatimu
Menjadi satu-satunya ibu yang melahirkan anak-anakmu
Menjadi satu-satunya pelayan untuk memenuhi kebutuhanmu
Dan satu-satunya penghibur saat kau penat

Jangan pernah kau jemu dengan segala keluh kesah dan tingkah manjaku
Jangan pernah lelah dengan rajukku yang datang tiba-tiba
Dengan amarahku yang tanpa sebab
Karena hanya kepadamulah aku leluasa menumpahkan segala rasa
Dengan derai air mata
Atau tertawa lepas tanpa beban
Bahkan diam tanpa sepatah kata pun
Kau adalah tempat dimana aku bisa menjadi aku yang sebenarnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline