Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Kanjuruhan dan Titik Balik Suporter Indonesia

Diperbarui: 5 Oktober 2022   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tragedi yang terjadi di Kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober 2022 masih menyisakan duka yang mendalam. Tragedi yang membuat 131 jiwa meninggal dunia tidak hanya membuat Indonesia berduka tapi juga seluruh dunia. 

FIFA melalui presiden Gianni Infantino dalam laman resmi FIFA menyatakan bahwa insiden tersebut merupakan hari yang kelam bagi sepakbola dunia. 

Terlepas dari siapa yang benar dan yang salah, saya mencoba untuk bersikap objektif dalam menanggapi kejadian tersebut. 

Pertama, dari pihak suporter saya menyayangkan orang yang pertama kali masuk yang menyebabkan penonton lain masuk lapangan. 

Kedua, pihak keamanan yang salah mengambil keputusan dengan menembakkan gas air mata. Ketiga, dari pihak panpel dan broadcaster yang tetap menayangkan pertandingan pada malam hari di pertandingan yang beresiko. 

Waktu zaman Indonesia Super League (ISL) banyak pertandingan yang disiarkan langsung baik yang di Aceh bahkan di Jayapura. Satu hal yang berbeda adalah mengenai kebijakan jam penayangan. Di broadcaster sebelumnya semua pertandingan menyesuaikan waktu lokal masing-masing. 

Seperti pertandingan Persipura Jayapura yang dimulai pada pukul 16.30 WITA, maka pihak broadcaster akan menayangkan pertandingan tersebut di jam 14.00 WIB. 

Sedangkan saat ini pertandingan waktu lokal harus mengikuti jam broadcaster, makanya tidak heran jika terkadang pertandingan di Jayapura baru dilaksanakan jam 10 malam. 


Kembali ke pembahasan utama yakni mengenai kejadian yang tejadi di Stadion Kanjuruhan. Tragedi Kanjuruhan memang salah satu kejadian luar biasa yang terjadi di dunia sepakbola, khususnya sepakbola Indonesia. 

Tragedi yang menewaskan 131 orang ini merupakan kejadian sepakbola paling banyak memakan korban di lingkup sepakbola nasional dan menjadi tragedi sepakbola terbesar nomor dua di dunia setelah Tragedi Estadio Nacional Peru yang menewaskan lebih dari 300 orang. 

Dibalik tragedi yang terjadi, ini bisa menjadi titik balik bagi sepakbola nasional khususnya bagi suporter Indonesia. Kita tahu bahwa suporter di Indonesia merupakan salah satu suporter yang cukup militan dalam mendukung tim kebanggaannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline