Lihat ke Halaman Asli

Alfa Riezie

Pengarang yang suka ihi uhu

Lantaran Sesuatu yang Pernah Kita Alami

Diperbarui: 10 Januari 2021   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kredit Foto By Muhammad Alfariezie

Aku hanya menyengir dan menjawab sekadar saja ketika kawan-kawan menginginkan diri ini untuk bercanda bersama di dalam mobil yang sedang berjalan.  Aku sedang khidmat memandang rumah-rumah berhalaman luas di sepanjang perjalanan. Tapi, bukan itu yang menjadi soal. Melainkan bayang indah bersama orang yang kusayang. Fokus kupandang dua alam sembari merebahkan tubuh dan memangku kedua tangan di bawah dada.

"Hebat sekali yang menciptakanku. Aku bisa memandang dua alam dalam waktu bersamaan. Meski keadaan di dalam mobil ini riuh karena tawa dari canda kawan-kawan."

Lagi-lagi temanku mengajak bicara. Mereka mengira, aku sedang banyak masalah. Sontak mereka semua meledek hingga aku pun ikut tersenyum. Namun, aku teringat satu hal ketika tersenyum. Aku pernah tetap tersenyum meski melihat sepasang kekasih yang kubenci saling bergandengan.

"Sayang sekali. Perjalananku pernah menemukan hal buruk. Jika tidak maka rasa perih tak mungkin terjadi. Kenangan datang lantaran sesuatu yang pernah kita alami. Baik dalam mimpi maupun tidak."

Aku diam sejenak ketika mengingat hal buruk yang pernah terjadi. Kemudian, kembali mengarahkan pandang ke luar jendela. Sekarang, kami melalui jalan yang di sisinya terdapat pohon-pohon rindang dan rumpun ilalang. Kunyalakan sebatang rokok kemudian mengembuskan asap ke arah jendela yang terbuka.

"Kenangan adalah tanaman. Tak pernah hilang meski di tengah kemarau. Akar-akarnya memiliki kantung energi sehingga mampu bertahan dalam keadaan gersang."

Kami pun sampai tujuan. Temanku yang menyetir mobil mampu menghindari lubang-lubang. Tidak ada kendala berarti selama perjalanan.

"Kenangan selalu berjalan dan membawa pemiliknya hingga melihat beraneka macam peristiwa yang kadang menakutkan, kadang mengharukan dan kadang membahagian. Tapi, adakah kenangan mampu memberi suatu tujuan? Pasti. Seperti saat ini. Ketika aku mengenang ayah dan ibu. Aku ingin segera menyelesaikan tugas agar cepat kembali memeluk orang yang paling kusayang."

2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline