Lihat ke Halaman Asli

Al Faridzie

Penulis puisi dan cerpen

Puisi | Ratapan Tanpa Bata

Diperbarui: 19 Mei 2020   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini, pisau telah mengasah tepinya.
Menggores lidah penduduk desa, hingga tak mampu lagi bicara kenapa?
Kenapa mereka jatuh miskin?
Kenapa hidup harus selalu mengorbankan batin?
Ditengah hujan yang mengguyur rumah tanpa bata, merasuk dengan mudah basahi seluruh anggota keluarga.
Mereka bertanya dengan kata tanpa suara, karena telinga manusia di gedung megah, sudah tuli sesaat setelah pintu jati dan gerbang besi ditutup tanpa permisi.
Aku berduka.
Aku dijemput ajal, tinggalkan anak yang entah sampai kapan mereka mampu menahan lapar, dan kemudian mengikuti jejakku tak lama setelah aku digotong dan dimakamkan.
Apa kalian semua tau apa yang ku ucapkan pada tuhan di liang kematian?
Tuhan, selamatkan negeriku dari pengkhianatan.
INDONESIA harus dimerdekakan!

Al Faridzie
13 Maret 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline