Lihat ke Halaman Asli

Alfa Maghfiroh

Blogger amatiran

Harapan Ramadan di Tengah Pandemi yang Menakutkan

Diperbarui: 28 April 2020   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinanti-natikan oleh umat islam karena merupakan bulan yang istimewa. Tahun ini, umat islam menunaikan kewajiban puasa di tengah wabah covid-19. Covid-19 merupakan pandemi virus yang muncul bulan Desember 2019 di kota Wuhan, China.

Dirasa beda atau tidak suasananya, tetaplah rasanya berbeda. Menjelang bulan Ramadhan adalah suasana yang penuh harap tapi kali ini suasananya harap-harap cemas. Adanya kebijakan sosial distancing bahkan PSBB di beberapa kota menyebabkan akivitas ibadah harus dilakukan di rumah. Jadwal bukber yang telah dirancang ataupun dinanti harus lenyap seketika. Sholat terawih yang biasanya mungkin kita terkadang bermalas-malasan kini menjadi hal yang diimpikan. Kini ibadah tidak lagi di mushola ataupun masjid, hanya tetap di rumah untuk keamanan semua orang.

Terawih mungkin masih bisa dilakukan di beberapa daerah yang kiranya masih dalam zona aman seperti daerahku. Walaupun dalam melakukan terawih, pelaksanaannya juga cukup berbeda dari biasanya. Kini uluran tangan jarang aku lihat bahkan seolah-olah menjadi asing di mata. Dalam melaksanakan sholat terawih diberi sekat-sekat sekitar 1 meter kiranya dengan orang lain untuk memenuhi perintah #jaga jarak. Adanya kebijakan diberi sekat tersebut menyebabkan mushola tidak dapat menampung semua jamaah. Beberapa orang berebut datang paling awal agar mendapat tempat di mushola. Yang tidak mendapat tempat di mushola, harus sholat terawih di bawah lindungan tratag/payon. Payon (atap tarub) sengaja dipasang di depan mushola untuk menanggulangi jamaah yang tidak mendapat tempat di mushola. Selain itu, masker penutup mulut dianjurkan untuk dipakai saat sholat terawih dan beberapa tempat cuci tangan sudah ada di sekeliling mushola.

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an tak terdengar keras seperti biasanya yang menggunakan pengeras suara. Suasana jam 12 malam sudah sangat sepi padahal Ramadhan biasanya masih ramai dengan suara orang yang masih mengaji. Anak-anak yang biasanya membangunkan orang untuk sahur dengan beberapa aneka tetabuhan, kini jarang terdengar bahkan mungkin tidak.

Sebagai manusia, semua orang pasti memiliki harapan dalam beberapa hal. Apa sih harapan itu?  Harapan atau asa adalah keinginan supaya menjadi kenyataan. Harapan di bulan Ramadhan di tengah pandemi yang kian menakutkan, tentu kita mempunyai banyak harapan walaupun di ambang kegelisahan. Namun harapan hanya akan menjadi harapan tanpa adanya tindakan begitu kiranya kata beberapa tokoh motivator yang sering aku dengar. Berbicara tentang harapan tentu sangat banyak seperti yang dijelaskan pada teori ekonomi bahwa "keinginan itu adalah sesuatu yang tak terbatas sedangkan alat pemenuhnya itu terbatas".

Ketika melihat berita di beberapa tayangan televisi, rasanya harapan itu kian semu. Bukan beberapa orang tapi banyak orang yang meninggal karena alasan yang sama. Banyak orang yang tak mempunyai pekerjaan dan terjebak di kota orang tanpa penghasilan. Tapi sebagai manusia, kita hanya harus tetap berusaha dan berdoa untuk hasil yang kita inginkan.

Lalu apa sih harapanku di bulan Ramadhan ini ?

Kualitas ibadah ku kian meningkat

Ibadah secara umum mungkin sudah terlaksana tetapi kualitas ibadah tersebut belum terjamin. Bagaimana tidak sholat 5 waktu saja tak cukup khusyuk banyak pikiran ketika sholat ibaratnya "Badan di tempat, hati dan pikirannya minggat". Al-Qur'an mungkin tetap terjamah tiap harinya tetapi bacaannya masih banyak salah tak sesuai tajwid, tak tahu maknanya dan sebagainya. Biasanya sebelum bulan-bulan lain tiba, aku telah membuat plan untuk bulan berikutnya. Namun banyak sekali hal yang melenceng dari perencanaan.

Badan selalu sehat

Dalam kondisi menyebarnya wabah pandemi covid-19, aku berharap agar badanku selalu sehat begitu juga dengan keluarga dan kerabatku. Selain itu, aku juga berharap pandemi covid-19 ini cepat musnah. Beberapa hal yang dilakukanku yaitu rajin mencuci tangan dengan sabun, mengkonsumsi makanan yang bergisi, sering berolahraga, memakai masker dan mengikuti kebijakan pemerintah untuk tetap di rumah. Tempat cuci tangan sudah disediakan di depan beberapa rumah salah satunya di rumahku. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline