Lihat ke Halaman Asli

Alfaenawan

Mahasiswa Hukum Tata Negara

Konsep Tasamuh dan Tawasuth Dalam Islam

Diperbarui: 22 Juni 2023   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin

Oleh: Alfaenawan

Indoensia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman mulai dari perbedaan ras, suku bangsa, agama, etnis, budaya, dan perbedaan lainnya. Guna mempersatukan berbagai perbedaan tersebut maka Indonesia mempunyai prinsip bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu (bersatu). Dalam aspek agama, Indonesia mengakui 6 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu. Perbedaan tidak hanya antar agama, bahkan dalam internal islam sendiri memiliki berbagai perbedaan pandangan, perbedaan pendapat sudah terjadi di kalangan ulama klasik misalnya perbedaan mazhab fikih, perbedaan pandangan tasawuf, dll tetapi perbedaan tersebut hanya sebatas perbedaan yang bersifat furu’iyyah bukan masalah ushuliyyah (pokok). Dalam konteks Indonesia banyak terjadi kekerasan, konflik sosial, dan berbagai masalah lainnya perselisihan tidak hanya antar umat beragama, melainkan sesama agama atau sama-sama muslim sering melakukan pertengkaran. Dalam islam terdapat kelompok ekstrim (radikal, keras, eksklusif) yang melakukan keonaran sehingga bisa memecah belah umat, bahkan tindakan radikal tersebut dilakukan dengan mengatasnamakan islam. Oleh karena itu, moderasi beragama sangat diperlukan guna meminimalisir kekerasan serta mencegah praktik ekstrim (radikal) dalam agama islam.

Selain persoalan islam radikal juga terdapat persoalan lain yang sangat penting (urgent), terutama ketika indonesia menghadapi masa globalisasi. Seiring dengan perkembangan zaman maka kemajuan teknologi juga berkembang pesat, alat komunikasi semakin canggih, dan berbagai kemajuan lainnya. Hal ini tidak hanya memberi dampak positif bagi masyarakat, melainkan juga terdapat dampak negatif yang diterima terutama oleh generasi muda. Misalnya lunturnya tradisi-tradisi yang baik, komunikasi yang kurang, ketergantungan terhadap handphone, hilangnya tradisi spiritual keagamaan, sikap gotong royong semakin pudar, dan berbagai dampak lainnya. Berbagai implikasi yang ada akibat globalisasi ini harus minimalisir, generasi muda seharusnya mampu menyaring dan memilah hal-hal yang positif (maslahah) terhadap masyarakat. Jangan hanya terbawa arus modernisasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, sikap moderasi belum cukup dalam meminimalisir dampak negatif globalisasi. Maka dari itu terdapat sikap untuk menjaga kerukunan umat beragama yang disebut dengan toleransi. Toleransi beragama mencakup berbagai persoalan yang berbuhubungan dengan akidah, dll yang dimiliki oleh seseorang. Islam merupakan agama yang membawa perdamaian, kerukunan, serta menghargai perbedaan pendapat di kalangan masyarakat. Begitu juga dengan negara Indonesia yang menjamin hak asasi setiap warga negara untuk bebas berpendapat, kemerdekaan memilih agama sesuai kepercayaan, dan hak-hak lainnya. Melalui internalisasi nilai nilai toleransi maka berbagai pendangan kelompok tertentu, agama apapun, dan berbagai perbedaan lainnya bisa dipersatukan dalam sebuah negara.

Islam hadir sebagai agama yang mengajarkan sikap moderat dan juga sikap toleransi, agar umat islam membangun kerukunan antar agama dan mau menghargai berbagai perbedaan sehingga tercipta keharmonisan dalam internal islam maupun antar agama. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai tasamuh yang diartikan sebagai toleransi dan tawasuth yang seringkali diartikan sebagai moderat (moderation) beserta hal-hal yang berkaitan dengan kedua sikap tersebut.

 

Tasamuh dapat diartikan sebagai toleransi (tolerance), menurut KBBI toleransi adalah sikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian/pandangan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sikap tasamuh diperlukan dalam internal islam sendiri maupun antar umat beragama. Dengan adanya tasamuh ini maka kerukunan, persatuan (ukhuwah), dan keharmonisan akan terwujud di Indonesia. Islam merupakan agama yang dinamis dan tetap relevan digunakan dimanapun dan kapanpun (shalih fi kulli zaman wa al-makan). Oleh karena itu, umat islam harus bisa memberikan kontribusi terhadap persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, salah satunya melalui implementasi tasamuh dalam kehidupan masyarakat. Konsep tasamuh merupakan sikap yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Q.S al-Mumtahanah: 28 yang artinya “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu orang lain untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang orang yang zhalim.”

Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa agama islam tidak melarang umat islam untuk berkomunikasi dan saling membantu dengan umat agama lainnya dalam bentuk apapun, selama tidak berkaitan dengan masalah akidah dan ibadah mahdhah. Namun islam melarang berhubungan, berkominikasi, maupun bersahabat terhadap orang-orang yang memusuhi islam dan penganutnya. Orang orang yang merusak agama, menumpahkan tanah air, dan memecah belah umat harus diadili dan diberi hukuman secara tegas. Sikap toleransi juga pernah diajarkan oleh rasulullah saw, pada suatu ketika beliau menyatakan aku (Nabi Muhammad saw) adalah utusan Allah yang memiliki tugas menyebarkan syari’at islam dan satu satunya sarana mendapatkan keselamatan adalah menerima islam sebagai agama dan melaksanakan perintah-perintah sesuai syari’ah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya: “Katakanlah wahai Muhammad, kebenaran (haq, truth) itu datangnya dari tuhanmu; Maka barang siapa yang ingin beriman, maka berimanlah. Namun barang siapa yang ingin kafir, maka biarkan ia kafir. Ayat ini juga mempertegas bahwa umat islam tidak boleh memaksa terhadap non-muslim, hal ini dikerenakan islam hadir sebagai ramat lil’alamin, dalam arti islam adalah agama yang membawa perdamaian dan menghindari konflik dalam masyarakat.

Sikap tasamuh (toleran) tidak hanya dalam internal umat islam, melainkan antar agama juga harus saling membangun solidaritas, menjaga toleransi, dan memberikan ruang yang luas terhadap umat selain islam untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaan yang dimiliki. Wujud toleransi tentu akan menjadi lebih fundamental apabila umat islam juga memberi kebebasan beragama terhadap umat non-islam. Adapun kebebasan beragama merupakan suatu hak yang dimiliki sesorang untuk memilih, menganut, maupun mengikuti agama sesuai dengan kehendak dalam diri orang tersebut. Islam juga mengajarkan umat islam agar tidak memaksa terhadap seseorang non-muslim untuk beragama islam. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Q. S. al-Baqarah: 256 yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk masuk agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat.” Asbab an-Nuzul dari ayat ini adalah pada suatu ketika ada anak yang kafir, kemudian dipaksa oleh ayahnya untuk masuk agama islam. Kerana anak tidak mau menuruti permintaan ayahnya kemudian sang ayah mengancam terhadap anak tersebut. Lalu turun ayat ini sebagai peringatan untuk tidak memaksa untuk masuk agama islam.

Legalitas untuk memberi kebebasan dalam agama juga tercantum dalam Q.S al-Ghasiyah: 21 yang artinya “Maka berikan peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah memberi peringatan.” Ayat ini menjelaskan bahwa manusia (insan) hanya sekedar memberi peringatan, memberi nasihat, membimbing namun tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa terhadap orang lain, karena yang memiliki kekuasaan hanyalah Allah SWT (khalik). Ayat ini dipertegas lagi dalam Surat al-Qaf: 45 yang artinya “Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakana dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Oleh karena itu, berikan peringatan dengan al-Qur’an terhadap orang-orang yang takut dengan ancamanku.” Dalam ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa islam mengakui agama lain dan melarang untuk memaksa terhadap non-muslim, karena mereka mempunyai hak untuk meyakini agama yang dianut. Dalam hal ini, islam mengedepankan perdamaian antar agama dan mencegah adanya perpecahan, permusuhan, dan pertikaian antar agama.

Adapun yang dimaksud dengan tawasuth adalah moderat (wasathiyyah, moderation), dalam islam moderat seringkali disebut dengan moderasi yang memiliki arti pertengahan, diantara dua batas, atau tidak terlalu condong ke kanan maupun ke kiri (tidak ekstrim). Wujud moderasi (moderat) dalam islam dibagi menjadi empat garis besar yaitu moderat dalam persoalan akidah, ibadah, budi pakerti (akhlak al-karimah), dan tasyri’. Konsep tawasuth merupakan sesuatu yang menjadi garis pemisah antara dua hal yang berbeda (kontroversi) atau disebut dengan jalan tengah. Penengah ini tentu akan menentang adanya pemikiran radikal (keras). Tawasuth menurut Yusuf al-Qardhawi adalah salah satu karakteristik islam yang tidak dimiliki oleh ideologi-ideologi lain. Sementara dasar hukum tawasuth terdapat dalam Q.S al-Baqarah: 143 yang artinya “Dan telah aku jadikan kamu sekalian (umat islam), menjadi umat washatan (moderat, penengah, seimbang) supaya kamu sekalian menjadi teladan terhadap umat lainnya…” dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan menjadikan (memakai kata ja’ala, bukan khalaqa) umat washatan, dalam hal ini Allah dalam menjadikan umat tidak orisinal dari tangan Allah pribadi (khalaqa) melainkan dengan campur tangan pihak lain yaitu umat islam (ja’ala). Oleh karen itu, umat islam harus selalu mengedepankan moderasi dalam internal umat islam sendiri maupun moderasi antar agama lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline