Lihat ke Halaman Asli

Alfadhylla RosalinaWibisono

Health and Writing Enthusiast

Edukasi Pembuatan OVITRAP Sederhana sebagai Solusi untuk Mengurangi Populasi Nyamuk Aedes Aegypti

Diperbarui: 9 Februari 2022   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

DBD merupakan salah satu penyakit endemik yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat pada tahun 2016 terdapat 201.885 penderita DBD di Indonesia, dimana 1.585 diantaranya meninggal dunia. Di beberapa provinsi, jumlah kasus DBD cenderung meningkat atau bisa juga fluktuatif namun masih pada jumlah kasus yang cukup tinggi. 

Salah satu provinsi yang merasakan dampak dari kasus DBD yaitu Jawa Tengah, khususnya Kecamatan Ungaran Timur di Kabupaten Semarang. Jumlah pasien DBD di Kecamatan Ungaran Timur menjadi yang tertinggi di Kabupaten Semarang dengan jumlah penderita sebanyak 27 orang.


Karena permasalahan masalah ini, mahasiswa KKN UNDIP TIM 1 2021/2022 (Alfadhylla Rosalina Wibisono) mengajak masyarakat Dusun Jetis, Kecamatan Ungaran Timur khususnya para santri dari Pondok Pesantren Darul Ullum Subulussalam untuk bersama-sama membuat ovitrap atau alat perangkap nyamuk sederhana berbahan dasar botol air mineral 1,5 liter, kantong kresek hitam, ragi, dan larutan gula jawa.


Sebelum memulai kegiatan pembuatan ovitrap, mahasiswa terlebih dahulu memaparkan materi terkait bahaya DBD dan melakukan kegiatan tanya jawab dengan para peserta, kemudian kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi.

ebelum memulai kegiatan pembuatan ovitrap, mahasiswa terlebih dahulu memaparkan materi terkait bahaya DBD dan melakukan kegiatan tanya jawab dengan para peserta, kemudian kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi


Oleh : Alfadhylla Rosalina Wibisono
Dosen Pembimbing : Heri Sugito, S.Si., M.Sc
Lokasi KKN : Dusun Jetis RT 02/ RW 06 Desa Layangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline