Lihat ke Halaman Asli

Naufal Alfarras

TERVERIFIKASI

leiden is lijden

Internet dan Terorisme, Apa Kaitannya dengan Pemuda?

Diperbarui: 6 Juni 2019   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: news.okezone.com

Kemajuan teknologi yang semakin mempermudah kehidupan manusia membuat para kaum muda memanfaatkan internet untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Mulai dari memenuhi kebutuhan sehari-hari, bersosialisasi, hingga mencari informasi dan hiburan.

Pemakaian internet di era globalisasi sulit dibatasi. Kemanapun tujuan yang dipilih, layanan untuk penggunaan internet pasti tersedia. Akan tetapi, disamping kemudahan yang diperoleh terdapat pula ancaman yang ada didalamnya.

Terorisme merupakan isu yang dimanfaatkan untuk meningkatkan rating sebuah berita yang diunggah media terkhusus internet. Sedangkan terorisme memanfaatkan media komunikasi untuk menyampaikan tujuan-tujuannya berupa menyebarkan rasa takut kepada masyarakat luas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terorisme dan media sebenarnya merupakan contoh simbiosis mutualisme atau interaksi yang saling menguntungkan antara kedua pihak.

Belum lagi metode perekrutan yang dilakukan kelompok-kelompok terorisme sekarang lebih mengandalkan media sosial. Sasaran yang diinginkan tentunya para kaum muda terlebih yang aktif di dunia maya.

Kelompok terorisme menyadari betul bahwa perekrutan anggota melalui dunia maya yaitu media sosial lebih efektif jika dibandingkan dengan bertemu langsung atau face to face.

Telah terjadi transformasi yang semula menggunakan media konvensional menjadi media elektronik seperti internet. Kelompok ini berusaha menyesuaikan kemampuan diri dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ada.

Pergerakan yang dilakukan melalui media sosial sulit untuk diketahui. Hal inilah yang menjadi alasan bagi kelompok terorisme. Mengingat kembali apa yang telah terjadi di Kartasura kemarin.

Dari pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian bahwa pelaku bom bunuh diri di Kartasura belajar cara merakit bahan peledak secara otodidak. Hal tersebut tidak lain dilakukan di rumahnya sendiri.

Pada saat penggeledahan ditemukan bahan pembuatan bom dan alat untuk pembuatan bom. Rofik diduga belajar melalui internet dengan telepon genggam pribadi. Selain itu ia juga mempelajari soal paham-paham terorisme melalui internet.

Di internet tentu sangat mudah ditemui bahan apa saja yang perlu dipersiapkan hingga bagaimana cara merakit bahan peledak. Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat dan bukan untuk disalahgunakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline