Siang tadi aku memastikan tidak ada halaman yang terlewat dari buku yang aku pinjam ke kamu satu hari lalu. Aku membacanya habis, bahkan sampai halaman terima kasih. Aku sekarang mengerti kenapa buku ini terus kamu bilang aneh. Kamu memastikannya dengan bertanya kepadaku "Bukunya aneh ya?" berkali-kali yang aku jawab dengan pasti "Engga, bagus kok bukunya".
Buku ini memang aneh, seperti teka-teki, jigsaw puzzle; yang ceritanya tidak urut berdasarkan halaman atau runtutan kejadian, tapi berdasarkan kata kunci, keyword, tersusun dalam urutan alfabetik. Ceritanya terhampar dan tersebar acak dalam tiap kata dari A sampai Z dan kita lah yang berperan sebagai penyusunnya. Ini seperti permainan linking the dot pada masa kita kecil dahulu, tapi tanpa urutan angka sehingga garis-garis yang tercipta nantinya bukanlah suatu gambar jerapah, gajah, atau kuda. Garis ini bersifat individual sehingga tiap orang yang membacanya akan memiliki hasil akhir yang berbeda. Bagi kamu, mungkin garis-garis itu membentuk cerita acak yang aneh. Bagiku, garis itu membentuk kilasan ingatan dan pengalaman selama mengenal kamu.
Siang tadi, aku menyisakan beberapa kata dari buku ini, Lover's Dictionary yang ditulis oleh David Levithan, untuk kamu baca kembali. Aku memotretnya;
Mungkin halaman ini memberikan gambaran yang cukup jelas why i decide not to leave you after these tiring days of us. Pernah suatu hari, terlintas dalam pikiranku untuk menyudahi this game of mind. Maybe the hurt feeling will be vanished after few days and will be easier to face than fact I have to deal with if i'm with you. But then, there came the other worry feeling I was really afraid of, called "regret".
Penulis buku ini benar, ada banyak orang yang aku temui dan pernah mengalami masalah yang sama dengan kita. Hanya saja yang mereka semua miliki adalah pengalaman negatif. Adakah yang positif? Adakah yang bertahan sampai selesai? Dalam hati, keyakinanku tidaklah sekuat keyakinanmu. Mine is too weak.
Bukankah kita semua memerlukan ini? Bukannya aku tidak yakin pada kesetiaanku sendiri, tapi terkadang aku perlu memeriksa, benarkah aku seperti yang kamu biasa gambarkan? Benarkah semua pernyataanmu itu tentang how great I am, how lucky you are for having me, how desireable I am in girl's eyes. Or you just try to make me elate? I need to be convinced about this, so I know whether you were saying the truth or lies. Tapi bukankah kita semua senang merasa diinginkan seseorang (if) just in case we're abandoned? At least we know, we're still worth the value.
Ini mungkin salah satu bentuk pengertianmu yang paling aku suka. Aku tahu bagaimana kamu mengalahkan egomu dengan tidak menuntutku balik untuk membalas semua bentuk kontakmu kepadaku secepat yang kamu lakukan. Aku suka halaman ini. Aku tersenyum membacanya. Hanya saja, ada kata "penantian" yang merusak semuanya. Aku benar-benar tidak suka.
I hate to know that how I'm tied to you, betapa aku sangat tergantung padamu. Bahwa kamu membuat aku merasa like a completed puzzle for a while. Just for a while. Then there you go, in time. Aku sangat ingin menarik setengah dari frasa "I love you" yang mana aku yakini akan membuat diriku somehow,secure. But you know, I cant.
Maaf, terkadang aku salah menempatkan tanda baca. Aku tidak pernah sekalipun ingin meninggikan intonasi bicaraku saat kita sedang berdebat. Jika pernah, maaf, aku tidak bermaksud demikian. Anggap saja hanya salah menempatkan tanda baca.
Aku harap ini salah. Aku sungguh berharap kalimat itu tidak benar. Aku akan terus meminta kamu membuktikannya. Please dont be tired of this. I do really love you. Terima kasih telah meminjamkan bukunya. I really like your book. Surabaya, 10 July 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H