Lihat ke Halaman Asli

"Tanpa Sadar" Menjadi Korban Penipuan Lewat Chatting WhatsApp! Apakah Ini Modus Hipnotis?

Diperbarui: 14 Juni 2022   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Perkembangan teknologi semakin maju di era industri 4.0 ini. Begitu pun maraknya penipuan dengan memanfaatkan teknologi melalui media sosial sudah sangat sering kita dengar beritanya. Kita harus lebih waspada akan modus kejahatan yang bahkan tak ingin kita jumpai, karena hanya melalui pesan obrolan saja tanpa sadar seseorang bisa mengalami kerugian uang yang cukup besar bagi kalangannya.

Pada Mei 2022 lalu, adik saya yang berusia 18 tahun bercerita bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan dengan jumlah uang sebesar Rp. 679.000,00. Ia mengirim bukti screenshot kepada saya. Awalnya di tanggal 15 Mei 2022, ia dipromosikan oleh teman media sosialnya bahwa ada yang menjual pakaian murah (Korean Style) berbahan bagus di salah satu platform utama yang dipakai brand untuk membangun brand awareness merekasebut saja InstagramDalam media tersebut, akun pemilik olshop itu memiliki jumlah pengikut yang luar biasa banyak (melebihi standar pengguna akun olshop lainnya) serta banyak bukti testimoni di sana. Berdasarkan deskripsi, adik saya langsung menghubungi admin olshop itu lewat WhatsApp dan memesan bajunya.

Awalnya penjual menyuruh adik saya transfer terlebih dahulu untuk baju yang ingin ia beli seharga tujuh puluh ribu. Setelah kirim bukti transfernya, penjual merespon akan memproses barangnya. Namun, sudah 6 hari menunggu, barang tak kunjung datang dan tidak ada kabar dari si penjual. Adik saya terus menghubunginya dari tanggal 21, 23, sampai ke tanggal 28 Mei baru mendapat respon dari si penjual. Dari sinilah modus penipuan dimulai.

Pertama, penjual tersebut menawarkan aktivasi promo yang tidak berdasar dan tidak bersumber. Katanya, promo hanya bisa aktif setelah melakukan transaksi minimal Rp. 200.217,00. Tidak hanya itu, penjual tersebut juga bilang wajib aktivasi karena barang hasil impor dari Korea Selatan. Jadi adik saya langsung mengirim uang sebesar Rp. 130.217,00 kepada si penjual dengan janji 10 menit kemudian uang kembali. Setelah mengirim bukti transferpenjual tersebut tidak menjawab.  Adik saya memberinya spam hingga hari esok, lalu akhirnya penjual tersebut menjawab dengan bilang bahwa aktivasi belum valid. Penjual menyuruh adik saya transfer lagi hingga ia mengeluarkan uang sebesar Rp. 261.000,00. Dan kejadian yang lalu terulang kembali, sampai penjual meminta transfer lagi karena aktivasi terus tidak bisa valid dengan janji semua uang akan dikembalikan. Dengan lugunya, adik saya mengirim sampai Rp. 609.000,00. Penjual tidak merespon hingga malam hari dan adik saya baru sadar bahwa dirinya telah ditipu. Adik saya merasa tanpa sadar telah mengirim uang kepada si penipu sebesar Rp. 609.000,00 ditambah Rp. 70.000,00 (harga bajunya) dengan total Rp. 679.000,00 dan menjadi korban penipuan. Namun, bukan hanya dirinya tetapi sudah banyak korban yang telah ditipu oleh si penjual tersebut jika melihat info dari Twitter. Ia merasa bodoh dan menyesal telah melakukan hal tersebut.

Hipnotis adalah suatu keadaan di mana seseorang fokus atau berkonsentrasi penuh, sehingga meningkatkan kemampuan menerima sugesti. Hipnotis juga sering diasosiasikan dengan keadaan tenang atau rileks. Bisa jadi, adik saya telah menjadi korban hipnotis hanya dengan melalui chat WhatsApp? Waspadalah akan sesuatu yang tidak jelas dan tidak berdasar. Jika Anda ingin membeli suatu barang atau properti lainnya, disarankan beli di platform sekaligus toko yang sudah terpercaya dan legal. Dengan begitu, transaksi Anda akan jauh lebih aman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline