Aku membelai wajahnya. Dia nampak menangis begitu tersedu-sedu.
“Kau kenapa?”
Dia tidak menjawab. Aku belai pipinya yang merah itu. Ia sedikit menyeringai kesakitan.
“Sakit ya?”
Aku pun memeluknya agar ia tak lagi kesakitan. Aku harap ia mau memahami perasaanku.
Aku pun kemudian berbisik pelan, Aku mencintaimu sayang, dan menambahkan kecupan lembut di dahi sebagai pengantar tidur malam ini.
***
Sudah beberapa hari ini, dia menyekapku. Membekap tangan dan kakiku dengan ikatan yang tak mungkin kulepaskan.
Percuma aku berteriak-teriak. Tak ada yang dapat mendengarku. Ia hanya akan semakin marah dan menghujamiku dengan pukulan bertubi-tubi jika aku terus membuat kegaduhan.