[caption id="attachment_360958" align="aligncenter" width="300" caption="(gambar: www.mrwallpaper.com)"][/caption]
Saya yakin kompasioner semua terbiasa untuk mengecek profilnya, melihat seberapa banyak jumlah pembaca artikel-artikel kita. Kadang seneng banget kalo ada tulisan kita yang bisa dibaca, ditanggapi dan dikomentari banyak orang. Hingga kita terkadang salah mengartikan bahwa sebuah tulisan yang bagus = tulisan yang banyak dibaca orang.
Kalo artikel anda ingin dibaca banyak orang, anda tinggal mengambil permasalahan yang sedang hot di masyarakat, tentang artis atau politik dan juga bola (tidak saya sebut olahraga, karena bola mendominasi kesenangan masyarakat indonesia). Ambil saja sudut pandang yang berbeda dari masyarakat kebanyakan. Misal, semua orang menolak adanya kenaikan harga BBM, maka anda harus mengambil posisi yang malah mendukung kenaikan tersebut. Atau buat saja artikel yang membuka-buka aib orang, yang akan menjadi suguhan wah bagi masyarakat. Cara yang lain, mungkin anda bisa gunakan adalah membuat judul yang wow, tanpa memperhatikan isi di dalamnya. Sangat ironis sekali jika dalam menulis, kita hanya memikirkan berapa jumlah orang yang membaca tulisan kita (termasuk saya juga), tanpa memperhatikan dan menyaring terlebih dahulu apa yang hendak kita sampaikan.
Jumlah pembaca yang banyak tidak menunjukkan kualitas sebuah tulisan (walaupun secara tidak langsung, tulisan yang berkualitas akan banyak dibaca orang, tapi itu bukan jaminan). Boleh jadi tulisan kita hanya dibaca 10 atau 20 orang, tapi artikel itu mengena dan mampu mengubah kehidupan seseorang. Dan sebaliknya boleh jadi ada tulisan yang dibaca ribuan orang, namun tak ada makna di dalamnya. Hanya seperti sebuah lalat yang menempel di hidung sejenak yang pada akhirnya akan di usir jauh-jauh. Hanya sama seperti sebuah kabar angin yang datang dan dianggap sebagai hiburan. Bahkan yang lebih parah lagi jika tulisan itu menyakitkan hati pembaca, dan terus dikenang selama pembaca itu hidup. Atau yang sangat lebih parah lagi, jika tulisan itu mengajak atau mengajarkan akan keburukan, dan membuat orang yang membacanya melakukan perbuatan tercela.
Tulisan kita adalah ladang amal dan investasi kita. Boleh jadi 10 atau 20 tahun ke depan, artikel yang kita tulis akan sangat bermanfaat bagi satu dua orang yang membacanya, yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan kehidupan seseorang. Bahkan boleh jadi, tulisan-tulisan yang mengumbar aib orang, menjelek-jelekkan sesama tanpa bukti dan dasar yang kuat, atau mengajak kepada keburukan akan tetap dibaca 10 sampai 20 tahun ke depan, dan menjadi ladang yang akan mengalirkan dosa bagi para penulisnya (terutama yang sukses dibaca ribuan orang).
*tulisan ini sebagai pengingat untuk diri saya sendiri.. syukur-syukur kalau ada yang bisa mengambil hikmah darinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H