Ketika Anies Baswedan menggandeng Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin sebagai cawapresnya. Ketum PKB ini dinilai memiliki pengaruhi kuat di kalangan nahdliyin Jawa Timur. Sehingga diharapkan secara elektoral mampu meraup suara signifikan suara nahdliyin.
Begitupun, Ketika Ganjar Pranowo dipasangkan dengan Mahfud MD sebagai cawapresnya. Menkopolhukam ini dinilai memiliki pengaruhi kuat di kalangan nahdliyin Jawa Timur. Sehingga diharapkan secara elektoral mampu meraup suara signifikan suara nahdliyin.
Lalu bagaimana dengan Prabowo Subianto, akankah bakal capres yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) menggandeng sosok tokoh yang memiliki ketokohan di Nahdlatul Ulama (NU) - Jatim, sebagai bakal cawapresnya, untuk meraup suara di kalangan nahdliyin.
Dalam silaturahmi dengan ulama dan tokoh agama asal Jawa Timur di Hotel Shangrila -- Surabaya (28/9), sempat disinggung bahwa bakal cawapres pendamping Prabowo mengerucut pada dua nama. Walau tidak disebutkan siapa kedua nama itu, ia adalah tokoh NU -- Jatim.
Kala itu muncul empat nama yang memiliki kans jadi bakal cawapres, ada Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Menkopolhukam Mahfud MD, dan Yenny Wahid -- putri KH Abdurrahman Wahid. Di mana keempat nama tersebut adalah tokoh atau sosok yang secara personal memiliki ketokohan di kalangan nahdliyin.
Saat ini dua nama yakni Cak Imin sudah jadi cawapresnya Anies Baswedan, sedang Mahfud MD jadi cawapresnya Ganjar Pranowo. Tinggal dua nama lainnya yaitu Khofifah dan Yenny Wahid.
Kalau kita merujuk pada hasil pertemuan Prabowo dengan ulama dan tokoh agama asal Jawa Timur di Surabaya (28/9), bakal cawapres pendamping Prabowo mengerucut pada dua nama memiliki ketokohan sebagai tokoh NU Jatim, tersisa dua nama yaitu Khofifah dan Yenny Wahid.
Walau di sini kita tidak menampik ada nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang santer digadang-gadang menjadi cawapres pendamping Prabowo.
Tapi kalau kita merujuk pada kriteria ketokohan NU, adakah Wali Kota Solo ini memiliki ketokohan ormas terbesar di Indonesia, sebagaimana yang disyaratkan untuk meraup secara signifikan suara nahdliyin Jatim.
Di tengah anomali politik yang sarat manuver, pastinya akan banyak spekulasi dan kalkulasi politik yang menyertai. Termasuk spekulasi dan kalkulasi politik manakala Prabowo menjatuhkan pilihan pada Gibran Rakabuming.