Ketidakhadiran Prabowo Subianto di gelaran Rakernas Projo (14/10) dalam rangka deklarasi dukungan terhadap dirinya, memunculkan analisis multitafsir di tengah dinamika perkembangan politik jelang penentuan nama bakal cawapres pendampingnya.
Ketidakhadiran Prabowo di Rakernas Projo inipun memunculkan spekulasi politis dan kalkulasi politis baru di tengah dinamika perkembangan politik jelang penentuan nama bakal cawapres pendamping Prabowo.
Tidak tersangkalkan, yang pasti ajang Rakernas Projo yang dihadiri Presiden Jokowi dan putranya Gibran Rakabuming, sebagai deklarasi dukungan pencapresan Prabowo Subianto sangat sarat dengan muatan kepentingan politis pragmatis.
Dalam urusan dukung-mendukung, ada adagium politis mengatakan bahwa tak ada kawan atau kawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan pragmatis. Untuk mewujudkan kepentingan tersebut, segala macam cara dilakukan secara kondisional, termasuk dengan siasat "Jebakan Batman".
Istilah "Jebakan Batman" umum kita dengar. "Jebakan Batman" itu sendiri merupakan istilah atau ungkapan sangat platis, yang intinya merupakan perangkap untuk menjebak. Perangkap atau jebakan itu bisa dalam ragam kamuflase.
Pada dasarnya "Jebakan Batman" sebagai perangkap, sebagai upaya untuk menjebak siapapun itu masuk dalam perangkap yang sengaja dipasang untuk maksud dan tujuan tertentu.
Dalam politik, siasat "Jebakan Batman" bukan tidak mungkin juga dilakukan atau sengaja dipasang untuk maksud dan tujuan tertentu demi kepentingan politik pragmatis.
Adakah ketidakhadiran Prabowo di ajang Rakernas Projo luput dari "Jebakan Batman" Projo.
Sebagai seorang yang mahir berkuda, pastinya Prabowo tidak akan grusa-grusu menentukan langkah kuda politiknya. Pasti semuanya melalui pengendapan sangat matang.
Sebagai penunggang kuda sejati, pastinya Prabowo memiliki ketajaman intuisi sebelum mengambil keputusan langka kuda politiknya sambil tetap bercermin pada pengalaman yang sudah-sudah.