Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

jurnalis

Antara Ketua MK, Gibran dan Bola Panas di Tangan Prabowo Subianto

Diperbarui: 11 September 2023   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming (Foto dok. Regional Kompas)

Di sini saya tidak ingin mengomentari pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman, saat memberikan kuliah umum di Universitas Sultan Agung (Unissula) -- Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (9/9) yang menyebut Indonesia membutuhkan pemimpin muda.

Orang langsung manangkap apa yang tersurat dan tersirat dari pernyataan Ketua MK tersebut, yang kemudian dikaitkan dengan gugatan batas usia capres -- cawapres di MK yang sedang berlangsung.

Tak heran bila itu kemudian banyak mendapat tanggapan dan reaksi nyinyir. Karena secara etika kehakiman dianggap tidak sepatutnya membicarakannya materiil perkara suatu pengujian undang-undang (UU).

Atas ceplosan Ketua MK ini, kemudian ditafsir sebagai lampu hijau, MK akan mengambulkan gugatan tersebut, yang dianggap sarat muatan kepentingan politik pragmatis.

Secara implisit, kira-kira begitu adanya.

Di sini saya hanya kembali diingatkan pada artikel "Bola Panas di Tangan Prabowo Bila Pilih Gibran Rakabuming" di Kompasiana.com (26/8), https://www.kompasiana.com/alexpalit6268/64e8e5be4addee5d666d7ab2/bola-panas-di-tangan-prabowo-subianto-bila-pilih-gibran-rakabuming.

Di situ saya menuliskan manakala Prabowo Subianto (PS) menjatuhkan pilihan pada Gibran Rakabuming sebagai cawapres, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi bola panas di tangan PS.

Ada lima point yang saya tulis di situ, manakala PS menjatuhkan pilihan Gibran sebagai cawapres, pendampingnya. Pertama, Prabowo pasti akan dituding mencaplok kader PDI-P yang tak lain merupakan parpol rival politiknya di gelaran Pilpres 2024. Lalu, apa kata mereka, komentarnya pasti nyinyir dan nyonyor?

Kedua, bukan tidak mungkin pula muncul tudingan bahwa Prabowo dianggap perpanjangan kelanggengan dinasti politik sebagai hasrat kuasa status quo.

Ketiga, meski ada yang memprediksikan manakala putra Presiden Jokowi jadi cawapres pendamping Prabowo memberi dampak posistif dari sisi elektoral, tapi bukan tidak mungkin sebaliknya akan terjadi eksodus pendukung Prabowo beralih ke lain hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline