Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

jurnalis

Sang Presiden 2024: Membaca Survei, Membaca Realitas

Diperbarui: 23 Januari 2022   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setiap lembaga survei pasti punya metodologi tersendiri atau ragam metodologi yang digunakan sesuai kebutuhan. Sehingga setiap metodologi dimungkinkan menghasilkan rilisan berbeda masing-masing lembaga survei, atau hasilnya malah sama. Sebagaimana kita simak dari rilisan hasil simulasi sejumlah lembaga survei, seperti: Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC), Litbang Kompas, Lembaga Survei Poltracking Indonesia dan Indopol Survey and Consulting, dalam rentang waktu Oktober -- Desember 2021, semuanya mengerucut pada tiga nama, yaitu: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Walau persentase peringkat elektabilitas dari ketiga nama tersebut naik turun seperti permainan ular tangga.

Ironisnya, kalau meyimak hasil simulasi rilisan survei yang ditebarkan lembaga survei, dari sembilan partai politik yang memenuhi ambang batas parliamentary threshold, tak ada ketua umumnya bertengger di tiga besar di rilisan hasil simulasi survei tersebut. Hanya nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang masuk tiga besar di sejumlah rilisan survei. Sementara itu kita saksikan terdapat sang ketua umum partai politik sudah cukup gencar melakukan tebar pesona pencitraan "Untuk 2024".

Di sini menunjukkan, sekalipun ketua umum sebagai elite kader terbaik partai, tetapi belum jaminan memiliki tingkat elektabilitas untuk tampil berkompetisi di gelanggang gelaran Pilpres, sebagaimana kalau kita melihat rilisan hasil simulasi survei.

Di pertengahan April 2021, lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai-KOPI) merilis hasil survei "Capres Indonesia 2024" untuk kategori tokoh oposisi (tokoh yang berada di luar lingkar kekuasaan), tersebur nama Gatot Nurmantyo dan Rocky Gerung mengantongi tingkat elektabilitas yang sama seimbang yaitu 13,7 persen, disusul oleh Rizal Ramli (12,6 persen)

Di survei yang sama, untuk kandidat capres dari tokoh non parpol, tersebut nama mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pujiastuti mengantongi tingkat elektabilitas 30,9 persen, sedang mantan Panglima TNI Gatot berada di urutan kedua dengan 14,1 persen.

Pada bulan Mei, lembaga survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) dalam webinar bertema "Sumber Kepemimpinan Nasional: Menuju 2024", untuk kategori tokoh perempuan menempatkan posisi tertinggi diraih Susi Pudjiastuti (24,21 persen). Sedang Menteri Sosial Tri Rismaharini (17,66 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (11,07 persen), Menteri Keuangan Sri Mulyani (10 persen), dan di urutan kelima Ketua DPR RI Puan Maharani (4,01 persen).

Tanpa mengurangi kredibilitas lembaga survei. Dengan menyimak hasil rilisan lembaga survei Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC), Litbang Kompas, Lembaga Survei Poltracking Indonesia, Indopol Survey and Consulting, hasilnya semua mengerucut pada tiga nama besar: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Sedang dari hasil survei KedaiKOPI dan ARSC, memunculkan nama di peringkat atas hasil surveinya, yakni: Gatot Nurmantyo, Rocky Gerung dan Susi Pujiastuti.

Kalau dipadukan hasil rilisan lembaga survei tersebut muncul enam yang nama bertengger di peringkat tiga besar: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Susi Pujiastuti dan Rocky Gerung, di mana ketiga nama terakhir adalah tokoh-tokoh yang kini posisinya berada di luar lingkaran kekuasaan yang juga memiliki popularitas elektabilitas.

Demi menjaga kredibilitas, profesionalitas dan independensi di mata publik, hendaknya lembaga survei juga harus bercakrawala politik secara objektif dalam menentukan tokoh yang disimulasi, tidak hanya terorientasi yang framing berkutat di pusaran panggung politik seputar lingkar kekuasaan. Di mana ada nama lain juga layak ditampilkan, yang mana nama tersebut juga memiliki elektabilitas, serta namanya cukup popular di tengah masyarakat, sebut saja seperti Gatot Nurmantyo, Susi Pujiastuti atau pengamat Rocky Gerung.

Dengan membaca realitas tersebut, simulasi kandidat capres untuk kemudian dikerucutkan pada nama itu. Tidak usah lagi berderet-deret nama, kalau hasilnya yang bertengger tiga besar tetap berkutat pada nama itu-itu juga. Cukup dengan mengerucut pada  keenam nama tersebut, ditambah satu nama lagi yaitu Puan Maharani dari PDI-P yang secara elektoral presidential threshold sudah mengantongi tiket capres. Jadi cukup dengan 7 nama tersebut disandingkan dan ditandingkan.

Terlepas apa dan siapa, latar belakang politisnya, parpol atau non parpol, setidaknya dari tujuh nama tersebut secara personal masing-masing memiliki popularitas elektabilitas untuk tampil, bersanding dan ditandingkan sebagai kandidat capres di kompetisi gelaran pilpres mendatang, juga harus diapresiasi. Jadi judulnya, inilah "7 Calon Presiden Indonesia 2024".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline