Kalau orang baik diam saja / Maka orang jahat berkuasa
Kalau orang baik tutup mata / Maka terjadilah hukum rimba
Jangan diam, jangan diam, lakukan sesuatu / Teriakkan kebenaran, rakyat kan bersamamu
Saya sempat dibuat penasaran oleh lagu nyelonong di Google -- Play Music di HP tanpa tertulis judul lagu dan siapa penyanyinya, mantap juga lagunya, nuansa liriknya sangat kontekstual. Akhirnya saya cari di Google dengan menuliskan cuplikan liriknya, barangkali nongol, zonk. Berikutnya saya cari di youtube, dengan pola sama, menulis cuplikan lagunya, ketemu. Judul lagunya "Jangan Diam" -- Pluralis Band.
Begitu ketemu di youtube, langsung saya tonton sampai tuntas sampai ke titelnya, tertulis bahwa lagu tersebut ciptaan Didik L. Pambudi, aransemen musiknya digarap John Lewier.
Nama Didik L. Pambudi, ternyata bukan nama yang asing, kebetulan kita sama-sama gabung di grup WA "Vokalis Rock Indonesia" (VRI). Langsung saja saya kontak dia, untuk mengorek tentang lagu tersebut, juga Pluralis Band.
Grup band asal Jakarta pelantung lagu "Jangan Diam" ini dibentuk pertengahan tahun 2012 ini digawangi Didik L. Pambudi (vokal), John Lewier (gitar), Restu (drum), dan Iful (bass).
Menurut Didik L. Pambudi, lagu yang dirilis 10 Desember 1918 ini diilhami pernyataan yang Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): "Jangan Diam. Do Something! Jika yang baik diam, yang jahat menang", ungkap penyuka sastra yang juga pernah menggeluti dunia jurnalistik.
Disebutkan pula, bahwa filosofis "Jangan Diam" itu merupakan kata-kata Ali bin Abi Thalib, sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, "Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena diamnya orang-orang baik," ungkapnya. Lebih lengkapnya, sungguh tiada yang menyukai kezaliman terus berlangsung dan merajalela dalam masyarakat, kecuali oleh orang-orang yang hatinya telah berpaling dari kebenaran.
Selain SBY, kata-kata senada juga saya temui di buku "Prabowo Subianto -- Surat Untuk Sabahat": "Kalau orang baik diam, yang menang dan berkuasa adalah orang-orang jahat dan tidak baik."
Di sini saya bukan bermaksud menarik ke ranah politis. Tapi bagi musisi, musik itu sendiri tak bedanya sebagai media komunikasi yang bisa bermakna lebih dari sekadar rangkaian instrumentasi bunyi. Karena musisi tak beda dengan jurnalis yaitu sama-sama sebagai pewarta. Kalau jurnalis mewartakan kesaksiannya lewat bahasa tulisan, sedang musisi merekam hasil amatannya lalu diolah dengan segenap imajinasi seninya kemudian diekspresikan dan dituangkan lewat bahasa musik, lagu, dan nyanyian.