Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

jurnalis

SupeRock Tuangkan "Sang Penguasa - Machiavelli" ke Lagu

Diperbarui: 3 Juli 2021   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SupeRock (foto dok Aji San & Alex Palit)

Saat membuka grup WA “Vokalis Rock Indonesia”, ada postingan lagu dalam format MP3 judulnya “Sang Penguasa”, yang diunggah oleh Aji San. Saat itu, saya lagi putar lagu Led Zeppelin, langsung saya stop, untuk dengarkan “Sang Penguasa”. Penasaran juga dengan lagu tersebut, pasalnya langsung teringat pada buku “Sang Penguasa – Machiavelli”.

Waw, benar juga liriknya terhubung dengan “Sang Penguasa – Machiavelli”, Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik.

Saya pun makin penasaran, langsung WA Aji San, ini lagu ciptaan siapa? “Ciptaan kami kami berempat, saya, Eqo, Ipung dan Agung,” kata vokalis SupeRock. “Iya mas, lagu itu terinspirasi dari buku “Sang Penguasa – Machiavelli”, lanjut Aji yang juga pegiat teater bersama Radhar Panca Dahana.

Ditambahkan, lagu ini diciptakan tahun 1991, di era rezim Soeharto, masih berupa  demo. “Vokalnya belum maksimal kurang galak, rencananya mau take vocal ulang,” ungkapnya lebih lanjut.

Terkait lirik lagu “Sang Penguasa”, “Dimana-mana kekuasaan ya begitulah” katanya diplomatis. Sebagaimana kalau kita baca “Sang Penguasa – Machiavelli”, di mana kekuasaan itu akan cenderung korup. Bagi penganut Machiavellis, dikenal dengan yang namanya doktrin penghalalan segala cara, tanpa pandang etika, moralitas dan estetika, yang penting bagaimana kekuasaan itu bisa direbut dan dilestarikan. Itulah doktrin “Sang Penguasa” penganut ajaran Machiavelli.

Sebagaimana dalam pesan di lirik lagu “Sang Penguasa”, di mana kekuasaan selalu berdiri di tengah keangkuhan bertindak seenaknya, gunakan kesempatan lagi berkuasa, bergelimang nafsu dan nista, tanpa rasa berbuat dosa.

Kalau kita simak lagu ini sarat kritik sosial yang ditujukakn kepada “Sang Penguasa”. “Kita sebagai vokalis rock ya harus vokal menyuarakan kebobrokan dunia,” kata Aji San, diplomatis. Di sini Aji sengaja menggunakan pilihan kata “kebobrokan dunia” yang bisa bermakna multitafsir.

Setelah 30 tahun tersimpan, lagu yang diciptakan di zaman rezim Soeharto, SupeRock yang berformasikan Aji San (voval), Eqo Billy (gitar), Ipung (bas) dan Agus Saget (dram), akan mengaransemen ulang lagu ini, terutama disektor vokal yang dinilai masih kurang galak. Aji juga berharap semoga single “Sang Penguasa” SupeRock, tahun ini bisa dirilis, karena dianggap momentumnya sangat pas dengan realitas sosial terjadinya kebobrokan dunia.

Sebelumnya, grup band SupeRock yang berasal dari Depok ini sempat merilis single “Ya Cinta” (2020) sebagai lagu layanan sosial penggalangan dana yang diperuntukkan bagi penderita HIV / AIDS, di kalangan anak yatim piatu di Depok. “Dan itu bagian dari kepedulian kami terhadap persoalan sosial,” kata Aji,

Lebih lanjut dikatakan oleh Aji San, sebagai musisi atau vokalis rock harus vokal. “Saya sepakat dalam dibilang bahwa vokalis rock itu harus radikal punya daya kritis dan kepedulian terhadap problema sosial yang terjadi di tengah masyarakat,” tandasnya, sambil menambahkan bahwa dengan berjiwa radikal menjadikan seseorang harus bersikap RAmah, terdiDIk dan beraKAL.

Pastinya sebagai insan rock, di tengah suka duka pageblug Covid-19, harus tetap harus menyemangati diri bahwa rock never die.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline