"Van, aku minta fotomu," pintaku ke JPI alias John Paul Ivan, sebelum mengakhiri obrolan dengannya via WA. Tak lama kemudian ia mengirim beberapa foto, salah satunya bertuliskan "I am John Paul Ivan". Akhirnya foto tersebut saya pilih sekaligus jadi judul tulisan.
Saya mengenal saat itu berkerja di harian Surya (Surabaya), tahun 1990. Saat ia gabung di Big Panzer, dengan formasi Didiek Bledhex (vokal), Ivan (gitar), Didieth Shaksana (bas), Denny Irenk (kibor) dan Ian Hay (dram) band cover version Helloween. Dan band ini sempat ikut menyumbang dua lagu di album keroyokan Indonesian Rock & Metal I, produksi Handoko Kusuma (Harpa Records, 1990), yaitu Bursa Metal dan Bintang Idola.
Sebelumnya, Ivan sempat membentuk Radd bersama Hubert Henry Limahelu. Di tahun 1991, bersama Henry, ia membentuk Lost Angels dan sempat mengikuti Festival Rock se-Indonesia VII (1993), masuk 10 besar finalis. Dan lagunya berjudul No More ikut bertengger menghias album kompilasi 10 Finalis Festival Rock se-Indonesia VII.
Lost Angels sempat teken kontrak rekaman dengan produser Log Zhelebour (Logiss Record). Sebelum album edar, atas kesepakatan antara produser dan personil Lost Angles, mereka mengganti nama Lost Angels dengan Boomerang, yang diambil dari satu judul lagu di album tersebut. Meski debut album perdananya tidak meledak di pasaran, tapi setidaknya kehadiran album Boomerang (1994) dengan best cut-nya Kasih mengangkat nama grup band asal Surabaya di pentas musik jagad rock Indonesia.
Sejumlah album yang sempat dirilis Boomerang antara lain: Boomerang (1994), Kontaminasi Otak (1995), Disharmoni (1996), Segitiga (1998), Double album kompilasi: Hard and Heavy dan Best Ballad (1999), X'travaganza (2000), dibawah label Logiss Records. Dan dua album bersama Sony Music Indonesia: Terapi Visi (2003) dan Urbanoustic (2004).
Tahun 2005, Ivan keluar dari Boomerang. Sebelumnya Ivan bersama Boomerang melakukan sebuah konser terakhir di Dili -- Timor Timur. "Itu konser perpisahan Boomerang, dihadiri 60.000 ribu penonton," ujar Ivan.
Berikutnya, JPI sempat gabung di U9, grup band asal Kediri, pemenang Festival Rock se-Indonesia IX (2001), di album Complex (Logiss Records, 2006). Ia sempat solo karir merilis Just Play It (JPI Music, 2009) dan I am John Paul Ivan (JPI Music, 2015). Ia juga ikut membantu pembuatan album band-band lain seperti grup band hard core dari Surabaya -- Sengkenken, dan Black Forest, band alternatif SKA. Di tahun 2012 Ivan bereuni bersama Roy Jeconiah membentuk band baru bernama RI-1.
Dalam perjalanan bermusiknya, Ivan menuturkan, mulai belajar gitar sejak umur 15 tahun kala duduk di kelas II SMP, dan sekolah musik di JVC Surabaya. Awalnya belajar gitar klasik, setengah tahun kemudian memutuskan untuk memperdalam gitar elektrik. "Band yang saya sukai pertama kali adalah KISS. Saya mengenalnya dari Luky, gitaris Power Metal yang kebetulan teman satu kelas," kata musisi yang menyukai musik rock & blues.
Saat di bangku SMA, membentuk grup band Radd membawakan lagu-lagu Bon Jovi, Dokken, Skid Row. "Lulus sekolah, saya menjatuhkan pilihan pada musik sebagai jalan hidupnya dengan membentuk Lost Angels, cikal bakal Boomerang," ungkapnya.
Gitaris berambut ikal gondrong yang selalu tampil liar di panggung dengan gitar Gibson Les Paul-nya, yang mengidolakan Jimi Hendrix dan Joe Satriani kini merupakan salah satu gitaris rock papan atas di Indonesia. "Saya suka lagu Purple Haze," ujar Ivan, sambil menambahkan kala memainkan lagu ini atau lagu-lagu Jimi Hendrix lainnya, mengaku tidak pernah meniru persis teknik permainan Jimi. "Tetapi, semangatnya yang aku ambil," paparnya.
Begitu halnya dengan idolanya, Joe Satriani, ia sangat menyukai lagu-lagu Joe Satriani. Tetapi, jarang sekali memainkan lagu-lagu Joe. "Saya lebih terpengaruh oleh nuansa lagunya," akunya. Bahkan ia menyebutkan nuansa musik Joe muncul dalam lagu-lagu Boomerang, seperti lagu Debu Sahabatku di album X'Travaganza. "Muncul dengan sendiri saat membikin lagu," akunya. Meski terkadang ia tidak sadar bahwa permainannya di lagu-lagu tertentu terinspirasi pengaruh dari gitaris-gitaris idolanya. Hal itu diakui oleh Ivan sendiri.