Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

jurnalis

Lingkaran Aku Cinta Padamu

Diperbarui: 13 November 2020   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kover buku (Dokpri)

Di sini saya sengaja tidak ingin ngomongin kembalinya Habib Rizieq ke Indonesia dengan segala hiruk pikuknya. Di sini saya ingin menuliskan cuplikan tulisan "Lingkaran Aku Cinta Padamu" dari bagian bab "Lagu Kita Masih Sama Indonesia Raya" di buku saya "Nada-Nada Radikal Musik Indonesia", terbitan cetakan III, Oktober 2020.  

Entahlah apakah tulisan yang saya angkat dari lagu "Lingkaran Aku Cinta Padamu" ciptaan Sawung Jabo dan Iwan Fals masih relevan atau menemukan relevansi kontekstual dengan realitas sosial saat in?

Adalah saatnya kita sebagai anak bangsa merenungkan kembali sejarah panjang bangsa ini lewat pemahanan filosofis kearifan lokal ajaran leluhur nenek moyang yaitu ora ono kamulyan tanpo seduluran, manusia tidak akan menemukan kemuliaanya tanpa persaudaraan.

Mari kita semangati bahwa kita adalah satu, kita adalah satu saudara yang terlahir dari rahim Ibu Pertiwi. Sehingga tidak alasan bagi kita untuk meretakkan dan mempolarisasikan bangunan persaudaraan kita hanya lantaran dipicu oleh beda pendapat dan beda keyakinan. Tak ada alasan pembenar bagi kita untuk saling mencemooh, menghujat dan memfitnah lantaran beda pendapat pilihan, karena kita adalah satu, satu saudara yang terlahir dari rahim Ibu Pertiwi. 

Di tengah keragaman suku, budaya, bahasa dan identitas lainnya bahwa kita adalah bangsa yang diper-satu-kan oleh simbol burung garuda bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika. Sementara dalam kehidupan keberagamaan, kita meyakini adanya satu Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sanghyang Khalik. Begitu halnya dalam ajaran agama wahyu, kita adalah satu, keturunan anak cucu Adam dan Hawa.

Sebagai warga negara atau sebagai warga bangsa, kita adalah satu yang diper-SATU-kan oleh NKRI bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika. Dan kita pun dipersatukan oleh lagu kebangsaan yang tak pernah berubah dan masih sama yaitu Indonesia Raya. Semua ini telah mempersatukan dan menyatukan kita bahwa di tengah keberagaman kehidupan berbangsa dan bernegara dengan satu semangat bahwa kita adalah satu.

Mari kembali kita semangati kehidupan berbangsa dan bernegara ini sebagaimana yang nilai-nilai histori yang terkandung dalam spirit Sumpah Pemuda. Mari kita kembali belajar Justru untuk merenungkan, menimbah dan menemukan kembali nilai-nilai tentang sejatinya diri kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari spirit Sumpah Pemuda

Semoga tidak ada lagi nyanyian Anak Adam, Di Bawah Tiang Bendera, Cinta, Bongkar, atau Bla Bla Bla, dan menyatukan kembali dalam semangat yang sama membangun peradaban ora ono kemulyaan tanpo seduluran dan di mana kita berdiri di situ langit kita junjung lewat nyanyian "Lingkaran Aku Cinta Padamu";

 

Kini kami berkumpul
Esok kami berpencar
Berbicara tentang kehidupan
Berbicara tentang kebudayaan
Berbicara tentang ombak lautan
Berbicara tentang bintang di langit
Kami berbicara tentang Tuhan
Berbicara tentang kesejatian
Tentang apa saja

Malam boleh berlalu
Gelap boleh menghadang
Disini kami tetap berdiri
Disini kami tetap berpikir
Disini kami tetap berjaga
Disini kami tetap waspada
Disini kami membuka mata
Disini kami selalu mencari
Kesejatian diri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline