Penyelenggaraan UN yang selalu menimbulkan kontroversi dan ketegangan di dunia pendidikan setiap tahun kali ini sedikit menemukan jalan keluar. jalan keluar itu adalah Menteri pendidikan melalui ketua BNSP Zainal Arifin Hasibuan mengatakan bahwa dari empat tujuan dilaksanakannya UN, salah satunya adalah sebagai penentu kelulusan di hapuskan. Bahkan pemerintah menyatakan bahwa penghapusan ini sampai pada titik nol persen. Artinya UN akan hanya dipakai sebagai alat pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kelulusan peserta didik ditentukan oleh guru - guru mata pelajaran dan sekolah melalui mekanisme di sekolah masing masing. diharapkan juga para kepala daerah tidak perlu melihat peristiwa UN adalah sebuah peristiwa politis yang akan membawa nama baik atau buruk daerah mereka. Bahwa UN adalah peristiwa akademik murni, sehingga diharapkan para kepala daerah tidak meng-intervensi pelakasanaan UN di daerah daerah.
Tentu sebagai guru, hal ini menggembirakan karena apa yang disaksikan dan dirasakan oleh para pendidikan dengan sistem yang lama ( UN masuk sebagai penentu ) memiliki dampak mental terhadap siswa yang sangat berbahaya. Segala macam cara digunakan oleh sekolah untuk mempersiapkan agar siswa lulus 100 %. Dan memang kenyatataannya tidak ada siswa yang tidak lulus, semua sukses kecuali yang tidak hadir pada saat ujian. Siswa sangat "dimanjakan" karena yang takut nggak lulus itu sekolah bukan siswa.
Mereka yang sudah lulus menyampaikan pengalamannya pada adik-adiknya, bahwa rajin belajar atau nggak pasti nilai dijamin baik. Akhirnya kewibawaan guru hilanglah, guru tidak dihormati lagi oleh siswa, mau mengerjakan PR atau tidak sama saja nilai akhirnya?????. Inikah pendidikan yang kita inginkan?
Syukurlah kalau UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan, tapi digunakan untuk dua hal yaitu pemetaan dan prasyarat untuk melanjutkan pendidikan ditingkat berikutnya.
Dengan diberikannya hak penuh sekolah menentukan kelulusan, maka yang memegang kendali kelulusan adalah rapat dewan guru. Siswa akan memiliki sikap mental yang baik dan lebih positive pada para pendidik, pendidik pun akan tertantang untuk memberikan yang lebih baik bagi siswa siswanya.
Semoga pendidikan di Indonesia akan lebih baik di masa masa kedepan, bukan mengejar nilai semata tapi sebaliknya adalah kompetensi lulusan yaitu siswa siswi yang handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki mental atau sikap yang baik
Persoalan ada siswa yang dinyatakan tidak lulus janganlah dianggap sebuah aib bagi dunia pendidikan disuatu daerah. Karena bagaimanapun yang namanya ujian/seleksi /test pasti ada resiko lulus atau tidak lulus. Tinggal mencarikan mekanisme, ujian susulan berikutnya, sehingga greeget pendidikna itu ada, guru pun tertantang untuk menunjukan kinerjanya. Terutama guru-guru yang mengajar mapel yang di UN kan ini sangat menantang. Dengan sistem pemetaan begini maka akan ada kompetisi ( secara tidak langsung) antar guru / sekolah dalam meraih nilai yang setinggi tingginya dalam UN. UN kemarin? emang nggak bisa? nggak ada satupun guru yang percaya dengan perolehan itu.
Kemudian dengan dikeluarkannya NILAI MURNI UN maka nilai ini akan sangat bermanfaat bagi jenjang pendidikan berikutnya, lembaga-lembaga swasta/pemerintah, bidang usaha dll , karena dijamin bahwa NILAI MURNI ITU benar benar pencapaian siswa.
Terakhir, guru dan siswa sama sama memiliki perasaan ' wow' ketika pengumuman hasil UN dikeluarkan. Mereka sangat ingin melihat hasil murni dari apa yang mereka telah kerjakan, dengan sikap mental sportif GAGAL ATAU BERHASIL mereka harus siap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H