Lihat ke Halaman Asli

Remaja Kristen di Tengah Kungkungan Krisis Zaman

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

138838507980447730

Son Kuswadi, ahli informatika dari ITS Surabaya dalam Talk Show "Internet Sehat" di Universitas Surabaya (Ubaya) tanggal 29 Maret 2009, menyatakan laporan NRC (The National Research Council) tahun 2002 bahwa industri pornografi melaporkan 20-30 persen remaja di dunia yang berusia 8-17 tahun mengakses situs porno, secara rutin. Itu data tahun 2002 dan kemungkinan besar sekarang ini jumlahnya semakin meningkat. Son Kuswadi, yang juga adalah Staf Khusus Menkominfo, melanjutkan bahwa 90 persen remaja telah mengakses situs porno. Para remaja semula mengklik situs porno secara tidak sengaja. Hal ini berarti industri pornografi cukup canggih dalam menjebak remaja, karena itu perlu mewaspadainya dengan melakukan filter dan juga melalui jalur hukum yang berlaku. (Kompas.com, 29 Maret 2009)

Pergumulan seperti di atas merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi para remaja di tengah zaman yang semakin berkembang. Di samping itu masih ada banyak pergumulan lain yang juga dihadapi oleh remaja seperti narkoba, miras, broken home, persahabatan, pacaran, keraguan iman, study, tawuran, ketakutan akan masa depan dan lain sebagainya. Pengenalan yang tepat akan kehidupan remaja, menolong kita untuk mendampingi mereka melewati berbagai pergumulan tersebut.

Masa Remaja

Masa remaja (Adolescence) berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti “bertumbuh menjadi matang” (grow into maturity). Merupakan tahapan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu: Periode Masa Puber (usia 12-18 tahun) dan Periode Remaja Adolesen (usia 19-21 tahun).

Sebenarnya remaja sendiri merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang “berada di tengah-tengah”, tidak jelas akan “status”nya, tidak bisa dikatakan sebagai anak-anak lagi tetapi juga belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa. Tidak heran bila remaja seringkali terlihat membingungkan, menjengkelkan dengan segala tingkah lakunya yang merepotkan orang lain. Itu merupakan kompensasi dari ketidakmengertian, ketidaknyamanan remaja terhadap dirinya sendiri.Hal ini sering disebut sebagai “strom and stress” yaitu perasaan bergejolak dalam remaja karena adanya berbagai perubahan baik yang terjadi dalam dirinya maupun lingkungannya.

Tugas Perkembangan Remaja

Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah atau krisis pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

Pada masa remaja ini ada satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja yaitu menemukan identitas diri.Identitas diri merupakan perasaan keunikan seseorang, keinginan untuk menjadi orang yang berarti dan mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya.Tetapi karena remaja berada pada tahap yang membingunkan, maka tidak heran bila remaja mengalami identity confusion. Remaja harus ditolong untuk menemukan identitas dirinya agar tidak berlarut-larut di kemudian hari menjadi orang yang memiliki citra diri yang lemah.

Ajar remaja untuk mengetahui bahwa dirinya berharga di mata Tuhan bukan karena kondisi fisiknya, talentanya, kepintarannya, status keluarganya, tetapi karena Tuhan mencintai dia.Tuhan sangat menganggap remaja berharga sehingga IA rela mati untuk menebus dosa-dosanya (lihat Yesaya 43:4&7).

Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.

Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua

Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja ada dalam kesulitan besar.

Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

Remaja mengetahui dan menerima kemampuannya sendiri

Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

Remaja memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang idola yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Krisis Zaman

Di dalam setiap zaman, kita harus senantiasa dapat melihat kesempatan, krisis dan segala kemungkinan potensi dari zaman itu. Tuhan tidak melahirkan kita di zaman yang sudah lalu dan Tuhan juga tidak melahirkan kita di zaman yang akan datang. Maka "aku" yang dilahirkan di dalam zaman ini, harus dikaitkan dengan zaman ini.

Kondisi zaman ini yang sarat dengan nilai-nilai materialisme, pragmatisme, hedonisme, konsumerisme dan lain sebagainya, menjadi tantangan besar bagi para remaja dalam menjalani tugas perkembangannya. Pengaruh dari media massa dan sumber-sumber informasi yang tidak tepat dan kurang mendidik telah ”mengacaukan” proses pembentukan nilai-nilai hidup para remaja. Misalnya saja yang menjadi pandangan masyarakat saat ini tentang kesuksesan atau keberhasilan yang semata-mata hanya diukur dari materi yang dimiliki. Pendeta Eka Darmaputera sangat tepat ketika mengatakan bahwa generasi muda saat ini seolah-olah cuma punya 3 pilihan dalam menghadapi status quo dan kemapanan di sekitar mereka : (a) melarikan diri; (b) menghanyutkan diri; (c) menjadi amat reaktif dan agresif.

Generasi muda sekarang ini dipacu dan diburu untuk mengejar sukses, sukses dalam arti eksternal dan material. Meraih kedudukan setinggi-tingginya, memiliki kekayaan sebanyak-banyaknya, menikmati kemewahan dan kesenangan sebesar-besarnya. Sukses yang lebih banyak ditentukan oleh what you have, bukan oleh what you are; oleh how much you have, bukan oleh how good you are. Di dalam masyarakat kita sekarang, karakter seperti kejujuran, integritas, moral, keberanian, dan sebagainya justru menutup banyak pintu kesempatan dan kemungkinan. Sebaliknya, sukses membuka lebar-lebar hampir semua pintu. Bagaimana orang tidak tergoda ?

Eka Darmaputera melanjutkan bahwa membangun sebuah masyarakat hanya berdasarkan sukses-sukses kuantitatif yang bersifat material dan eksternal adalah ibarat membangun sebuah menara Babel; yang puncaknya menggapai langit namun dengan fondamen keropos. Semakin tinggi menara itu, kerobohannya akan berakibat semakin fatal. Fondamen itu adalah karakter. Generasi saat ini sedang kita biarkan tumbuh tanpa karakter!

Membangun Remaja Kristen

Motto “Student Today, Leader Tomorrow” bukanlah hal yang asing di telinga kita. Visi inilah yang terus dikumandangkan dan menantang kita untuk melayani generasi muda (secara khusus siswa) di zaman ini, yang kita yakini merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pelayanan Perkantas harus terus menancapkan visi ini dengan kuat dan semakin dalam, sehingga kita semua terus disegarkan dalam kerinduan dan kerja keras untuk melayani para siswa di negeri tercinta ini.

Firman Tuhan di dalam Amsal 22:6 menyatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Kata “didiklah” (train, NIV), di dalam bagian lain Perjanjian Lama diterjemahkan “mentahbisakan” untuk rumah Tuhan (1 Raja 8:63, dedicate, NIV). Hal ini mengingatkan kita bahwa training mengandung pengertian “mendedikasikan” atau “mengkhususkan” dan seharusnya memiliki tujuan. Mendidik bukanlah perkara yang mudah, karena di dalamnya terkandung pengertian bukan hanya menyampaikan teori, tetapi juga melatih tindakan nyata yang harus terus dibangun dengan disiplin. Didikan yang tepat pada masa muda, akan berdampak besar dalam kehidupan.

Melayani orang muda (remaja), adalah sesuatu yang sangat penting, meskipun bukanlah hal yang mudah. Apa yang kita harapkan akan terjadi di masa yang akan datang di dalam bangsa ini, sangat bergantung kepada apa yang kita lakukan dalam kehidupan generasi muda saat ini. Kita terus mempersiapkan suatu generasi yang mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu dan membenci dosa lebih dari segalanya.

Di tengah-tengah generasi yang krisis teladan ini, kita membutuhkan pribadi-pribadi yangtidak hanya tahu banyak teori tentang kekristenan, tapi yang juga berani berjuang untuk hidup sesuai dengan kebenaran.

Pelayanan di dunia remaja/siswa adalah pelayanan yang strategis untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin di masa mendatang. Ada ungkapan yang mengatakan “Lebih awal, lebih baik” (the earlier the better), tentunya hal ini juga berlaku untuk konteks pelayanan siswa. Lebih awal para remaja/siswa mendengarkan Injil, bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, lebih awal juga mereka bisa dididik untuk menjadi murid sejati.

Marilah kita terus mendukung untuk pelayanan remaja/siswa ini, agar Tuhan berkenan memakai berbagai wadah yang ada untuk mendidik orang-orang muda menurut jalan yang benar, sehingga pada masa tuanya pun mereka tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. To GOD be the Glory!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline