Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Kisah Tragis Anak Super Jenius

Diperbarui: 7 Desember 2022   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wiliam James Sidis (Sumber: bmdergi.com via idntimes.com)

Ada tiga orang super cerdas yang dari namanya kemungkinan besar mereka keturunan Yahudi. Kecerdasan ketiganya jauh di atas manusia normal. Dikenal dunia. Namun sayang, justru yang paling tinggi IQ-nya tidak menjadi apa-apa.

Puluhan tahun setelah era mereka, ada orang cerdas lain yg menemukan bahwa manusia tidak hanya dinilai karena cerdas otaknya, namun kecerdasan manusia bersegi-segi.

Itulah yang kita amini sebagai "9 kecerdasan majemuk" menurut Howard Gardner. Kayaknya saat ini jenis kecerdasan ini sudah bertambah beberapa (?).

=000=

William James Sidis (1898-1944) seorang super jenius. Kecerdasan IQ-nya mencapai 260. Einstein kalah jauh karena "hanya" punya 160. Isac Newton juga kalah sebab hanya 190. Mereka ini yang saya maksud sebagai para keturunan Yahudi di atas.

Saking cerdasnya Sidis, pada usia 1 tahun 6 bulan ia sudah bisa membaca koran New York Times. Saat balita lain masih belajar jalan, James sudah duduk manis di kursi sembari membaca koran. Mungkin sambil ngisap dot.

Ketika ia berusia delapan tahun ia bisa berbicara, membaca dan menulis dengan fasih dalam delapan bahasa berbeda: Latin, Yunani, Prancis, Rusia, Jerman, Ibrani, Turki dan Armenia. Ia bahkan menciptakan bahasa baru yang disebut "vendergood" dan menulis beberapa buku tentang anatomi dan astronomi.

Tak heran kalau banyak koran memburunya untuk dijadikan berita.

Ketika James berusia sembilan tahun, Boris Sidis, ayahandanya mendaftarkan James ke Universitas Harvard. James Sidis membuat rekor pada tahun 1909 itu sebagai mahasiswa termuda yang mendaftar dan diterima masuk Harvard.

Saking cerdasnya, di Harvard ia bahkan menjadi asisten profesor dan memberi kuliah mengenai 'Jasad Empat Dimensi' di Harvard Mathematical Club di hadapan para profesor dan mahasiswa pascasarjana.

Tak heran bila civitas akademika Harvard menggadang-gadang anak kecil ini sebagai calon matematikawan dan ilmuwan terkemuka di masa depan. Pada usia 16 tahun pada 1914 James sudah meraih gelar Bachelor of Arts dengan predikat cum laude.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline