Kalau masyarakat di Jepang saat ini menggandrungi sepak bola, mereka harus berterima kasih kepada Tom Byer (62). Dialah yang menanamkan kecintaan terhadap sepak bola bagi masyarakat Jepang terutama anak-anak mereka. Padahal cabang olah raga sepak bola tak disukai di sana selain bisbol.
Tom pernah berkarier sebagai pemain profesional di Amerika sebelum bermain dalam waktu yang pendek untuk Leighton FC Inggris dan dikontrak oleh Hitachi FC yang kini berubah nama menjadi Kashiwa Reysol, anggota J-League sebagai pemain profesional pertama dari luar Jepang.
Sesungguhnya sepak bola di Jepang sudah dikompetisikan semenjak tahun 1965 sebagai salah satu bagian dari keinginan Jepang untuk bangkit usai hancur-lebur dalam Perang Dunia II itu. Namun kompetisi masih digelar secara semi professional. Ketika itu semua klub di Jepang berafiliasi dengan perusahaan dan semua pemain mereka berstatus sebagai karyawan dari perusahaan yang memiliki klub tersebut.
Tetapi Pemerintah Jepang yang kala itu memiliki program "Rencana 100 Tahun" untuk sepak bolanya melihat dengan obyektif bahwa cabang olah raga ini tidak populer. Meskpun kompetisi sudah dijalankan, ia sepi penonton. Setiap pertandingan tak sampai ditonton seribu orang.
Berbagai upaya dilakukan untuk bisa menarik kecintaan masyarakat Jepang terhadapnya. Antara lain dengan mendatangkan para bintang-bintang besar sepak bola seperti Zico dan Gary Lineker yang bergabung dengan klub Nagoya Grampus klub Liga Utama Jepang. Namun agar bisa meraih para Marquee Player ini diperlukan liga yang profesional. Demikian yang dilakukan pada 1993. Liga semi-profesional yang terkait dengan perusahaan diubah menjadi profesional dengan perusahaan-perusahaan tersebut tetap menjadi penyokong dana utama bagi klub. Dengan dukungan dana yang besar setiap klub di Jepang bisa mendatangkan pemain-pemain bintang seperti Michael Laudrup yang bermain untuk Vissel Kobe pada 1996 hingga 1997; Hristo Stoichkov (Kashiwa Reysol); hingga yang terbaru Andres Iniesta, Hulk, Torres, Podolski, Cavani dan lain-lain.
Animo masyarakat Jepang mulai bangkit. Rasa penasaran mereka membuncah untuk menyaksikan para bintang ini secara langsung di stadion-stadion. Penonton berjubel. Era baru sepak bola profesional dimulai di Jepang.
Tetapi para bintang ini sesungguhnya hanya sebagai contoh. Pemerintah Jepang menyadari bahwa pondasi sepak bola harus dimulai dari masa kanak-kanak. Maka sekolah sepak bola yang berbasis klub maupun oleh lembaga lain dibangun di seluruh negeri. Ada kurikulum yang berlaku secara nasional. Diawasi dengan ketat. Anak-anak berbakat inilah yang terus dipantau oleh para pemandu bakat. Dan Tom Byer berperan di sini.
Ia membantu mengurus lebih dari 60 sekolah sepak bola di Jepang. Bahkan karena sangat populer di Jepang, Tom memiliki sekolah sepak bola sendiri Akademi T3 atau Tom-san. Teknik bermain sepak bola dari akademi miliknya disiarkan melalui program khusus pada sebuah acara televisi yang ditonton jutaan anak di Jepang. Ia mirip-mirip kartun Kapten Tsubasa yang sudah terlebih dahulu digemari. Oleh Tom, anak-anak Jepang ia "racuni" teknik bermain bola yang baik dan benar melalui program televisi itu.
Prinsip Tom, sepak bola adalah soal teknik dan kegembiraan. Dua hal yang ia lakukan sekaligus dalam program televisi itu. Anak-anak menyukai menonton televisi dan sekaligus juga belajar tentang teknik sepak bola. Alhasil, anak-anak Jepang mulai kecanduan sepak bola. Semua pemain Jepang yang mulai merumput sejak tahun 1990-an hingga kini pasti pernah menonton acara televisi Tom-san. Dan berlatih teknik sembari menonton televisi atau membeli DVD-nya. Antara lain pemain profesional angkatan pertama yang bermain di luar Jepang seperti Keisuke Honda, Hidetoshi Nakata, dan kini sekumpulan anak-anak muda yang "berguru" ke berbagai klub di Eropa terutama Spanyol dan Jerman, dan menjadi tulang punggung Timnas Jepang.
Menurut Tom, usai kalah dalam Perang Dunia II yang menyakitkan itu, masyarakat Jepang telah memiliki tujuan bersama yakni bangkit dalam segala hal. Mereka ingin keluar dari kehancur-leburan itu. Maka mereka memoles industrinya menjadi setingkat negara-negara industri dunia. Dan berhasil. Mereka juga mengkampanyekan berbagai budaya tradisional mereka, dan juga berhasil. Anak-anak muda di dunia saat ini telah menggemari berbagai kebiasaan masyarakat Jepang dari fashion, makanan, anime hingga semangat pantang menyerah mereka. Dan sekarang dari segi olah raga, terutama sepak bola sehingga mereka dijuluki tim "Samba" Asia.
Dalam sebuah wawancara dengan The New Indian Express seperti dilansir Kumparan.com, Byer menyatakan, jika sepak bola Jepang kini mengalami kemajuan yang luar biasa, itu lantararan karakter masyarakat Jepang sendiri yang sangat terorganisir, berdisiplin tinggi dan memperhatikan detail.