Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Membaca Pertanda

Diperbarui: 9 November 2022   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. Sumber:Media.Az

Tadi siang oleh suatu sebab, saya ke Rumah Sakit (RS) Bakti Yudha di Depok, Jawa Barat. Seorang kenalan jauh terjatuh di rumahnya. Mesti dilarikan ke RS.  Setelah mengurus satu-dua hal, saya menyeberang ke warung soto di depan RS. Ada yang perlu dibicarakan dengan seseorang.

Datang serombongan ibu. Lima orang mereka. Usia beragam. Saya taksir antara 40-65 tahun. Duduk tak jauh dari meja tempat kami duduk. Mereka memesan soto dan mulai makan.

Saya belum memperhatikan. Sampai segenggam krupuk jatuh dari meja mereka. Seseorang memungutnya, memberi atensi kepada saya untuk memandang ke sana. Tepat saat itulah saya melihat ada yang "aneh". Salah satu dari anggota rombongan ini tidak mengunyah makanannya.

Ia menyendok ke mulut, seperti berkumur-kumur dan menelan. Usia tua atau penyakit tertentu telah membuatnya memakai gigi palsu.

Waktu masih muda, berbagai makanan laut bisa kita santap. Sekarang dokter mulai melarang jangan makan udang, cumi dan kerang. Lalu ia mempersempit lagi: Ikan laut juga dikurangi. Hanya boleh ikan air tawar. Meskipun yang ini sering dilanggar.

Dahulu 10 tusuk sate kambing berasa kurang. Namun kini satu tusuk saja sudah membuat urat-urat di leher kaku. Lalu kita buru-buru cari mentimun untuk menetralkannya. Atau minum obat penurun kolesterol.

Bagi saya, ibu yang seperti berkumur-kumur dan langsung menelan makanannya tadi adalah pertanda. Bahwa usia sedang mengayun-ayun kita ke depan. Ia tidak pernah mundur. Usia enggan surut. Ia maju terus.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline