Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Pesan Harian Tak Menerima Tawaran dari Orang Asing dan Grup WA Ortu

Diperbarui: 25 Oktober 2022   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: otonity.com 

Kami masih punya putra yang baru kelas 7 SMP. Yang satu sudah selesai kuliah dan bekerja.  Kepada mereka berdua kami selalu ingatkan untuk tidak mudah menerima tawaran bantuan dari seseorang yang tidak dikenal. Memang agak tidak mengenakkan ketika bantuan dari seseorang yang  bermaksud baik diabaikan. Bahkan dicurigai. Tetapi perlu dilakukan. Hal ini berulang-ulang kami sampaikan, bahkan hampir setiap hari.

Karena si kelas 7 ini baik pergi dan pulang sekolah memakai angkutan umum (sejak ia kelas 3 SD), kami selalu anjurkan agar dia menaiki angkot yang sudah banyak penumpangnya. Jangan angkot yang kosong. Atau minimal ia mesti naik bersama kawan sekelas yang rumahnya searah. Hal inilah yang sering ia lakukan. Beberapa kali ia turun di gang rumah temannya, lalu ia berjalan pulang. Gang kami berdekatan saja.

Demikian pula ketika sudah berada di rumah, ada saat khusus kami memintanya bercerita tentang pengalaman dia di sekolah hari itu. Bermain apa saja, dengan siapa. Jajannya apa dan sebagainya. Barangkali karena sudah menjadi kebiasaan, justru dia yang selalu mendahului kami bercerita. Kami belum membolehkan dia memiliki HP sendiri.

Hal lain yang kami waspadai selain"orang asing" adalah perundungan. Kami sama sekali tidak mentoleransi sikap ini, baik terhadap anak kami maupun kepada orang lain yang ia lakukan.

Memang salah satu beban para orang tua di kota besar-setidaknya kami-adalah begitu banyak orang di sekitar yang tidak dikenal, datang dan pergi. Sementara kami tak punya kuasa melarang. Ambil contoh pengamen dan penjual. Sebab itu kalau ada suara pengamen yang sudah jreng..jreng di depan pagar kami tak pernah menolaknya. Pasti diberi uang, tetapi sambil itu saya mencermati siapa dia. Atau ngobrol sejenak dengannya.

Hal lain yang menjadi kekhawatiran kami adalah tawuran. Sebab di beberapa bagian dari kota kami ini para pelajarnya terlibat tawuran dan telah menelan korban jiwa.  Sebab itu kami sengaja memilih sekolah yang jauh dari tempat itu.  Sebab pelajar tawuran ini kerap tak perlu alasan  jelas. Hanya gagah-gagahan saja di antara mereka. Tanpa perduli akibatnya nanti. Seperti terjadi suatu ketika, saat anak kami masih kelas 5 SD. Tiba-tiba saja serombongan anak SD dari sekolah tetangga menyerbu masuk ke sana, dan menanyakan "yang namanya ini ada ndak?" sembari berteriak-teriak.

Peristiwa ini menjadi pembahasan yang serius antara komite dan para guru dari dua sekolah tersebut.

Selain itu, para orang tua dari kelas 7 bersepakat bergabung dalam Grup WA. Salah satu anggota di dalamnya adalah wali kelas mereka. Sehingga keluhan, tugas-tugas, pembayaran SPP atau informasi apapun yang menyangkut kelas 7 dan kebijakan sekolah selalu diperbarui di sana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline