Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Negosiasi Upacara Bendera "Brigjen" Telenggen

Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chris Sohilait (kedua dari kanan) bersama Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen, beserta Kapten Pilot Deni Yigibalom (Dokpri) 

Ini salah satu bab dalam biografi "Beta Papua, Kisah Hidup dan Pengabdian Chris Sohilait" yang terbit pada 2018 lalu. Chris Sohilait adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lani Jaya ketika itu, salah satu daerah "merah" di Pegunungan Tengah Papua. Ia berjarak 3 jam berkendara dari Wamena, Ibukota Kabupaten Jayawiya. Kontak senjata dengan OPM hal yang sering terjadi.

                                                                      =000=

PENGHUJUNG April 2014. Menjelang malam. Chris sedang berada di rumah dinas  Sekda di Tiom, Lani Jaya. Sebuah pesan pendek masukke telepon pintarnya. Dalam bahasa Lani.

"Ada seorang utusan dengan ciri-ciri yang disebutkan akan datang  ketemu saya," kata Chris menyalin isi pesan itu. 

Chris memberi tahu para staf yang tinggal bersamanya bahwa  seseorang akan datang. Ia minta lampu teras dimatikan. Para staf tahu, jika Chris minta mematikan lampu di teras, berarti tamu "spesial"  yang akan berkunjung. Soalnya bukan sekali ini saja perintah seperti itu diberikan.

Berselang satu jam, tamu yang dimaksud datang. Seorang pemuda. Tak lebih dari 30 tahun usianya. Wajahnya penuh brewok. Otot-otot  lengannya menonjol. Ia memakai sepatu boot, celana selutut, dan t-shirt jersie klub sepakbola Persipura. Ia berbicara dalam bahasa Lani.

Pemuda ini mengaku diutus "Brigjen" Barnabas Telenggen, Komandan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) wilayah Makki Indawa. Kelompok ini menguasai gunung-gunung di sekitar Makki , kawasan yang terletak antara Tiom dan Wamena.

"Intinya Barnabas mo ketemu saya karena mereka mau adakan upacara bendera tanggal 1 Mei," kata Chris.

Tanggal 1 Mei biasanya diperingati oleh kelompok bersenjata sebagai hari aneksasi Papua Barat oleh Indonesia. Sementara sebaliknya, oleh pemerintah Indonesia, tanggal ini dianggap sebagai hari di mana Papua berintegrasi ke Indonesia pada tahun 1963.

Ada dua hari lain yang juga kerap diperingati, yakni tanggal 1 Juli (1971) yang dianggap sebagai hari Proklamasi kemerdekaan Papua dan dan tanggal 1 Desember (1961) sebagai hari Kemerdekaan Papua.

"Tiga hari di atas ini kita sudah harus was-was itu. Pasti ada saja kejadian,"kata Chris.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline