Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Tas Siaga Bencana, Prioritaskan Dokumen Berharga

Diperbarui: 15 Oktober 2022   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parona (Kampung) Wainyapu sebelum terbakar (Sumber:i.pinmg.com) 

Saya baru pulang dari Sumba Timur di NTT dalam rangka menuliskan kisah empat Desa Wisata Tangguh Bencana, Inklusif dan Adaptif. 

Salah satu poin dari tema ini adalah bagaimana warga melakukan mitigasi terhadap sumber bencana alam yang selalu terjadi berulang setiap tahun dan memperkirakan bencana apa yang mungkin akan terjadi.

Dari hasil mitigasi ditemukan bahwa bencana yang kerap terjadi selain kekeringan karena kemarau panjang adalah, kebakaran padang yang bisa merambat melahap rumah-rumah warga yang rata-rata masih beratap alang-alang.  

Warga secara bersama-sama membuat 'peta bencana' di desa dan kampung masing-masing, menentukan jalur evakuasi, membuat 'jalur pembatas api' dan menyiapkan bahan makanan. 

Salah satu kearifan lokal yang masih hidup di kalangan masyarakat Sumba Timur adalah, bahan pangan berupa jagung diikat melingkar di atas pohon yang agak jauh dari rumah atau kampung,  yang dikenal dengan istilah "karandi watar". 

Cara ini diwariskan secara turun-temurun dari nenek-moyang untuk menghindarkan bahan pangan ikut hangus jika sesewaktu terjadi kebakaran rumah atau kampung.

Parona Wainyapu ketika dilalap api pada September 2022 lalu (Sumber:Portal-Sumba Barat Daya) 

Ketika berada di ujung timur pulau ini, tiba-tiba saja di ujung paling barat Sumba, yakni di Kampung Situs Wainyapu, di Desa Wainyapu, Kecamatan Kodi Balaghar, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, pada Selasa malam (20/9/2022) hangus dilalap api. 

Sebanyak 24 rumah adat tandas dalam sekejap,  dan hanya menyisakan 4 rumah karena berjarak beberapa puluh meter dari perkampungan. Barangkali perlu biaya miliaran rupiah untuk membangun Kembali kampung situs ini.

Dalam konteks yang sama, mitigasi bencana, yakni mempersiapkan diri jika sesewaktu bencana datang, kami sekeluarga selalu bersiap. Yang ada dalam benak kami adalah banjir, meskipun di  RT tempat kami tinggal selama hampir 15 tahun di Depok, Jawa Barat, tak sekali pun pernah terjadi banjir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline