Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Steven Tari, "Si Yesus Hitam", Tipu-tipu Berkedok Agama

Diperbarui: 6 Agustus 2022   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Steven Tari ketika ditangkap (Sumber: Sky-News)

*Tulisan ini mengacu pada sebuah acara di channel tv berbayar "Crime & Investigation":  The Cult of the Black Jesus: The  Rise and Fall of Steven Tari

***

Steven Mangimon Tari. Ada pula yang menyebutnya Steven Garasai Tari. Dua nama untuk satu orang.

Bekennya, Steven Tari!

Steven bukan warga Indonesia. Ia warga Papua Nugini (PNG). Itu negara yang berbagi Papua dengan Indonesia.

Saya tertarik menulis ulang kisahnya, sebab dalam banyak kondisi yang memprihatinkan, terutama dalam situasi miskin dan melarat-barangkali juga dalam pandemi Covid 19 ini-harapan mesianistik kerap muncul dalam pikiran kita. Berharap datangnya 'juru selamat'. Sang Ratu Adil. Pembabat segala ketidakadilan dan kemiskinan. Dalam banyak budaya di Indonesia, konsep ini masih kita temukan.

Steven terkenal. Ia populer. Di PNG. Juga di manca negara. Gara-garanya, ia  mengaku sebagai "Black Jesus".  Yesus  hitam.

Yesus yang dia maksud tak lain tak bukan, Yesus junjungan orang Kristen. (Saya tegaskan di sini, kalau saya menulis "Kristen" berarti yang saya maksud adalah Katolik dan Protestan, serta kongregasi lain yang percaya pada Kristus sebagai Tuhan. Kecuali, tentu saja, teman-teman Saksi Jehova---meskipun selalu menyebut diri mereka sebagai orang Kristen juga)

Tetapi ini Yesus yang legam. Sesuai warna kulit Steven.

Setidaknya itu yang ia ajarkan kepada ribuan pengikutnya di desa-desa pedalaman PNG. Terutama di Madang. Distrik yang menjadi pusat "pelayanan"nya.

Para pengikutnya adalah orang-orang desa. Yang sederhana. Para petani buta huruf. Pemuda-pemuda putus sekolah. Pengangguran. Hidup mereka susah. Dan semuanya beragama Kristen. Sebanyak 90 persen warga PNG menganut agama Protestan dari berbagai aliran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline