Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Miris: Di Papua Warga Mati Kelaparan, di Depok Beras Dibuang-buang

Diperbarui: 4 Agustus 2022   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga jemaat Gereja Baptis Papua pada acara "bakar batu" dalam rangka 50 tahun gereja ini pada Desember 2016 di Tiom. (Foto: Alex)

Saya beberapa kali ke Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya.  Sepanjang tahun, pagi dan malam hari,  suhu di Tiom tidak pernah lewat dari 20 derajat Celsius. Bagi daerah tropis, ini dingin yang keterlaluan.

Tiom berada di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut. Apa yang terjadi di Kuyawage beberapa hari lalu seperti diberitakan media massa, yakni tiga orang warga meninggal yang diduga akibat kelaparan (Kompas. Id, 1/8/2022) adalah peristiwa yang berulang. Pada September 2015, peristiwa yang sama pernah terjadi dan 11 warga Lanny Jaya meninggal ketika itu.

Pemicunya adalah embun es (frost) yang disebabkan oleh cuaca dingin, suhu berada di bawah nol derajat,  membuat rusak tanaman warga seperti ipere, kentang dan sayur-sayuran. 

Ketika suhu ekstrem ini berlangsung beberapa bulan, tanaman di ladang pasti mati. Tetapi saya pikir, penyakit terutama ISPA juga ambil bagian. Karena dingin warga menghidupkan api sepanjang malam di honai yang biasanya tak berjendela. Asap secara terus-menerus dihirup.

Untuk memahami Kuyawage barangkali kita bisa melihat ke dataran tinggi Dieng ketika suhu ekstrem beberapa saat yang lalu merusak tanaman kentang warga. Kondisinya mirip.

Dulu, sekitar tahun 1980-an dan sebelumnya lagi,  bencana kelaparan seperti ini sudah pernah terjadi. Cerita ini dikisahkan oleh Ibu Yohana Saiya, yang sejak tahun 1970 bermukim di Tiom, Lanny Jaya. 

Ibu Yohana adalah ibunda Christian Sohilait, yang kemudian memegang jabatan Sekda di Lanny Jaya, dan terakhir sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua. Ketika frost turun pada September 2015 itu, Pemkab Lanny Jaya mengirim bantuan memakai pesawat ke sana.

Posisi Kuyawage di atas Tiom. Sebenarnya hanya berjarak 30 km, tetapi melalui jalan darat diperlukan waktu sekitar tiga jam. Kondisi jalan yang berat menjadi penyebabnya. Padahal kalau pakai pesawat hanya sekitar 15 menit.

Sekarang ketambahan satu hambatan lagi, yakni beberapa kelompok bersenjata bermarkas di sekitar Tiom. Antara lain Geo Malam, Lekagak Telenggen, Goliat Tabuni, Purom Wenda  dan Enden Wanimbo. 

Enden adalah guru di SMP Tiom yang memutuskan masuk hutan memanggul senjata. Beberapa kali kelompok pimpinan Enden dan Purom masuk ke kota Tiom dan menyerang aparat keamanan. Yang kerap jadi sasaran adalah para pekerja jalan raya.  

Yang bikin hati kita miris adalah ketika kita membaca ada orang meninggal karena kelaparan di Kuyawage, sementara di Depok, di pinggir ibukota negara, ada orang yang membuang-buang beras. Apapun alasannya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline