Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Hospice Surya Kasih: Biarlah Mereka Meninggal sebagai Manusia

Diperbarui: 2 Agustus 2022   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bruder Agustinus Adil, OFM, Pengelola Hospice Surya Kasih Papua (Dokpri)

Hospice Surya Kasih berjarak 300 meter dari Rumah Sakit Dian Harapan, di Waena, Jayapura. Terletak di belakang, di sisi bukit, sebuah jalan beraspal menghubungkan keduanya.

Tetapi tak ada hubungan  resmi di antara mereka. RS Dian Harapan adalah milik Yayasan Dian Harapan. Sementara Hospice didirikan oleh Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau yang dikenal sebagai Saudara-Saudara Dina.

Mereka baru terkait satu sama lain ketika ada pasien dari RS Dian Harapan yang tidak diurus keluarganya atau sudah dalam kondisi "terminal" dan sangat butuh pertolongan. Hospice mengulurkan tangan.

"Hospice bukan bagian resmi RS Dian Harapan. Hubungan kami kemitraan. Penyelenggaraan Hospice ditanggung OFM," Bruder Agustinus Adil, OFM, pengelola Hospice Surya Kasih, menjelaskan. Bruder Agus boleh disebut sebagai direktur di Hospice.

Hospice, sesuai namanya, menjadi tempat tambatan terakhir bagi pasien-pasien dengan penyakit stadium terminal. Artinya secara medis mereka sudah tidak bisa disembuhkan. Dalam kondisi demikian, hanya perawatan paliatif,  yakni pendekatan biopsikososial kepada mereka yang bisa dilakukan.

"Bahasa sehari-harinya ya, menyiapkan mereka untuk bisa menerima kematian dengan tenang," kata Bruder Agus. Hospice kata dia menerima pasien dari keluarga sangat miskin. Atau mereka  yang sudah dibuang keluarganya.

Meskipun maksud pendirian awal Hospice Surya Kasih adalah bagi orang pengidap HIV-AIDS (ODHA), namun mereka terbuka menerima pasien terminal yang disebabkan penyakit lain. Kanker misalnya. Dua orang perawat, bersama Bruder Agus merawat para pasien setiap hari, sampai ajal menjemput mereka.

"Tidak perlu pendidikan tinggi. Hanya perlu hati untuk memperhatikan mereka," ujarnya.

Semua biaya perawatan, termasuk untuk  makan-minum sehari-hari ditanggung oleh tarekat OFM.

Tak kurang Rp 60 juta setiap bulan diperlukan untuk operasional Hospice. Jumlah ini  bisa kurang jika ada yang menyumbangkan sembako dan keperluan sehari-hari seperti sabun, odol dan pakaian. 

"Akhir-akhir ini kami dibantu umat yang mengirimkan sembako," kata Bruder Agus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline