Lihat ke Halaman Asli

Untuk Kedua Kalinya Ikut Memilih Presiden Republik Indonesia Extra Hati-hati

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu yang semakin dekat untuk menentukan nasib Bangsa 5 tahun ke depan, penentuan nasib tersebut dipertarungkan oleh para capres-cawapres yang diusung oleh partai-partai politik (koalisi partai) pada 09 Juli 2014. Dua calon kandidat secara sah dinyatakan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai lembaga penyelenggaran PEMILU. Dua calon tersebut adalah Probowo Subianto Dan Hatta Rajasa sebagai pasangan nomor urut 1, dan pasangan Joko Widodo (JOKOWI) Dan Jusuf Kalla (JK) sebagai No urut 2. Para kandidit tersebut sama – sama diusung partai-partai politik.

Seperti halnya pasangan No urut 1 yang diusung oleh 7 Partai Politik (Gerindra, PAN, PKS, Golkar, PPP, PBB, dan Demokrat) sedangkan pasangan no urut 2 diusung oleh 5 Partai Politik (PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI) para kandidat, kader – kader partai berusaha untuk meyakinkan masyarakat dengan berbagai stategi. Menyampaikan Komunikasi Politik secara langsung ataupun lewat media.

Keterlibatan saya dalam pilres dimulai sejak tahun 2009 dan kala itu saya merasa bangga karena pilihan saya bisa memimpin negara ini walaupun kala itu masih benar-benar buta tentang politik. sekarang ini tibalah saatnya saya terlibat untuk yang kedua kalinya memberikan hak pilih di pilpres yang langsung dipilih oleh rakyat untuk ke 3 kalinya. setelah mempelajari politik baik secara formal atau pun nonformal menjadikan kehati-hatian untuk memberikan pilihan kepada kandidat. sekalipun saya hanya sebagai rakyat yang tidak masuk dalam partai politik yang srbagai mestinya kendaraan politik namun secara teoritis demokrasi terkait dengan PEMILU, saya terlibat atau ikut serta dalam meberikan kepercayaan kepada calon tertentu dalam membawa Negara ini 5 tahun kedepan dikanca Internasional khusunya di Negeri Indonesia .

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi-informasi terkait dengan pilres (Pemlihan Presiden) sangat gampang diperoleh oleh masyarkat dan begitu banyak saya peroleh dari media massa baik cetak, elektronik dan internet. Namun informasi dari media massa tidak membuat saya bisa puas (nenerima) begitu saja dengan 100 %.
untuk menentukan pilihan kali ini saya tidak bermodal dari pemberitaan-pemberitan media massa. karena pemberitaan dari media massa saya nilai tidak berimbang bahkan para jurnalistik tidak berada dalam posisi netral dalam memberikan informasi atau dapat dikategorikan melanggar kode etik jurnalistik. Melihat itu semua kenapa tidak netral karena keterkaitan dengan pemilik media itu sendiri.

Posisi media massapada dewasa ini tidak bisa dikatan netral. Masyarakat biasa saja sudah bisa menilai media mana yang berpihak dan media mana yang mencoba menyerang kepada calon no urut 1 dan pasangan no 2. Menjadikan media massa sebagai motor atau alat politik yang tidak sehat. Hal itu semua berpengaruh kepada para pekerja media massa yang mempertaruhkan idealis kejurnalisannya serta kenetralannya. Karena begitu jelas para pemilik atau pengusaha Media Massa terlibat kepada calon-calon tertentu, seperti contoh Surya Paloh sebagai Ketua Partai Nasdem yang berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung JOKOWI – JK dalam Pilpres, yang manajuga Surya Paloh sebagai pemilik Media Groupyang memiliki media cetak, elektronik dan media online (Metro tv, media Indonesia). Aburizal Bakrie (ARB ) sebgai ketua Umum Partai Golkar yang juga berkoalisi dengan Partai Gerindra untuk mengusung pasangan Probowo – Hatta, yang juga pemilik viva group yangmemiliki media cetak, elektronik dan media online (tv One, ANTV, Viva News).

Dari contoh tersebut isi berita yang disampaikan dapat dinilai berita dan media mana yang memuja-muja dan menyerang para capres dan cawapres. Pemilu kali ini tidak bersaing dengan atas visi misi dan program kerja yang ditawarkan para kandidat saja. Tetapi persaingan antara media massa jelas-jelas terlibat di dalam pilpres kali ini.

Untuk menentukan pilihan pilpres ditanggal 09 Juli 2014 tidak karena pemberitaan dari media massa lagi. Tetapimencoba untuk mempelajari dari misi visi para calon yang tidak saya ragukan lagi serta program-program kerja yang ditawarkan. dan mempelajari (menganalisis) partai - partai pendukung dan para elite politik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline