Lingkungan merupakan komponen penting yang meliputi segala aspek kehidupan makhluk bumi berada. Kelestariannya menjadi kunci kesejahteraan terhadap segala hal yang akan terjadi kedepannya. Lingkungan yang terjaga akan menciptakan ekosistem yang seimbang sehingga daur kehidupan akan terus terjaga. Sebaliknya, lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem akibat rusaknya salah satu faktor seperti pencemaran limbah di tanah, air, dan udara. Pencemaran ini dapat berefek dengan matinya hewan, tanaman, mikroorganisme, hingga manusia. Sehingga perlu adanya penanganan apabila pencemaran telah terjadi secara disengaja maupun tidak.
Pencemaran merupakan terjadinya perubahan keadaan yang berbeda dari sebelumnya mengarah pada keadaan yang lebih buruk. Perubahan ini umumnya diakibatkan oleh kontaminasi berbagai bahan polutan bersifat racun. Sifat inilah yang menjadikan kehidupan makhluk hidup baik mikro maupun makro terancam keberadaannya hingga menyebabkan kerusakan parah bahkan kematian. Selain itu, sifat racun dari polutan adalah faktor utama dari munculnya pencemaran.
Sumber bahan polutan terdiri dari dua macam yakni domestik dan non domestik. Sumber polutan domestik berasal dari limbah rumah tangga, pasar, fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya. Sedangkan sumber polutan non demestik berasal dari limbah industri, pertanian, peternakan, perikanan, pabrik, dan lain sebagaikan. Untuk bentuknya, pencemaran bukan hanya berbentuk cair dan padat saja, namun juga berbentuk gas hingga kebisingan Bahan polutan yang dapat menjadi permasalahan akibat pencemarannya meliputi tanah dan air salah satunya adalah minyak bumi.
Pencemaran oleh minyak bumi umum terjadi di sekitar kilang minyak tetapi bisa juga akibat kecelakaan lalu lintas laut yang menyebabkan minyak bumi menyebar ke perairan hingga pinggir pantai. Dampaknya membuat ekosistem rusak, makhluk hidup seperti ikan dan mikroorganisme lainnya mati, dan juga pemanfaatan tanah dan air menjadi tidak bisa digunakan sama sekali. Hal ini dikarenakan limbah minyak tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Maka, diperlukan penanggulangan tepat terhadap pencemaran ini agar penyebaran dan juga resapan minyak tidak menjangkau lebih jauh hingga mencapai air tanah.
Sumber: Mongabay.co.id
Bioremediasi adalah solusi yang tepat dan efektif dari pencemaran limbah minyak dengan menggunakan bantuan mikroorganisme pengurai hidrokarbon atau sejenisnya. Bioremediasi termasuk kedalam bagian bioteknologi yang terus dikembangkan hingga sekarang untuk memecahkan masalah lingkungan selain dikenal untuk bidang pertanian saja. Konsep bioremediasi sudah muncul pada abad-19, saat itu digunakan sebagai pengelolaan dan pengolahan limbah industri, limbah padat, dan perkotaan saja. Seiring waktu, penggunaannya lebih meluas dengan melibatkan mikroorganisme yang lebih beragam. Uniknya, bioremediasi akibat limbah minyak bumi baru digunakan 30 tahun terakhir ini.
Prinsip kerja dari penggunaan mikroorganisme adalah organisme tersebut akan mengeluarkan enzim yang berguna dalam degradasi bahan polutan bersifat kompleks menjadi non kompleks dan mengubahnya menjadi metabolit non toksik. Hasil akhir dari pendegradasi tersebut berupa karbondioksida, air dan energi. Mikroorganisme yang digunakan terdiri dari ganggang, plankton, bakteri, dan lainnya seperti pseudomonas, Rhodococcus, Konsorsium mikroba strain bakteri, mikroba rhizosfer, Acinetobacter, Myroides, Bacillus, Eurotiomycetes, Saccharomycetes, dan Sordariomycetes.
Selain mikroorganisme, pemanfaatan senyawa juga digunakan dalam bioremediasi seperti aseton, alkohol, BTEX (benzen, toluen, ethyl benzen dan xylene), Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs), Klorobenzen, Nitro, Klorofenol, dan ada juga pestisida. Apabila menggunakan tanaman, bioremediasi ini dikenal sebagai fitoremediasi. Fitoremediasi dikenal juga efektif karena tanaman memiliki kemampuan dalam degradasi bahan polutan dan interaksi eksudat akar dengan mikroorganisme tanah dan air.