Lihat ke Halaman Asli

alexandra

Mahasiswa

Apakah Pancasila masih Relevan sebagai Ideologi Negara dan Bangsa Indonesia?

Diperbarui: 14 September 2024   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ideologi adalah pengetahuan mengenai hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori tentang sesuatu maka, ideologi merupakan konsep buah pemikiran. Jika ditambahkan dengan Pancasila berarti konsep buah pemikiran yang berlandaskan pada nilai Pancasila. Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia, namun juga dijadikan ideologi negara. Pancasila merupakan jati diri dan identitas bangsa. Pancasila sebagai ideologi negara dapat diartikan sebagai suatu pe mikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai masyarakat, hukum, dan negara Indonesia. Pancasila tidak terbentuk secara mendadak dan tidak diciptakan oleh seorang saja. Namun, Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dan juga kompleks dalam sejarah Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Bung Karno sebagai dasar filosofis negara yang baru merdeka. Pancasila kemudian dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945. Pada masa awal kemerdekaan, Pancasila berfungsi sebagai panduan dalam pembentukan UUD dan struktur pemerintahan. Selama periode ini, penerapan Pancasila mengalami tantangan karena adanya ketegangan politik dan pergeseran kekuasaan. Dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno, Pancasila dijadikan ideologi utama dengan pengenalan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) untuk menyatukan berbagai ideologi, meskipun ini sering memicu ketegangan.

Pada masa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Pancasila dipaksakan sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah Orde Baru menggunakan Pancasila untuk memperkuat kekuasaan dan menekan oposisi. Pendidikan dan propaganda Pancasila sangat mendominasi, namun sering kali hanya bersifat formalistik dan tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang diinginkan. Dengan jatuhnya Orde Baru, Pancasila kembali diperkenalkan dengan penekanan pada pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia. Perubahan konstitusi dan desentralisasi dilakukan untuk mencerminkan nilai-nilai tersebut. Pada era saat ini, Pancasila digunakan untuk memperkuat identitas nasional dan kesatuan dalam masyarakat yang semakin beragam. Meskipun begitu, tantangan seperti intoleransi, korupsi, dan konflik sosial masih ada. Pemerintah dan masyarakat terus berupaya untuk memastikan Pancasila diterapkan secara efektif dan relevan.

 Dalam sila pertama Pancasila mencerminkan kepercayaan pada adanya kekuatan yang lebih tinggi dan menekankan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan masyarakat. Sila kedua menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia, keadilan, dan martabat manusia. Sila ketiga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama. Sila keempat menegaskan sistem pemerintahan yang demokratis dan partisipatif, dimana keputusan diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Sila kelima menekankan pentingnya distribusi kesempatan dengan adil, juga kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sila dalam Pancasila tersebut menjadi landasan ideologi yang mencerminkan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, ada banyak tantangan bagi Indonesia untuk menerapkan Pancasila di era sekarang ini. Salah satu contohnya adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, kalangan menengah ke atas yang juga memiliki privilege mempunyai peluang lebih besar untuk dapat dengan mudah menyejahterakan dirinya. Sedangkan kalangan menengah ke bawah yang tidak memiliki privilege akan kesulitan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi. Hal ini tentunya bertentangan dengan sila kelima Pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Pancasila mengajarkan pentingnya membangun sistem yang transparan dan bertanggung jawab. Dengan menjunjung tinggi integritas dan moralitas, bangsa Indonesia dapat membangun kepemimpinan yang berintegritas dan mendorong perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan. Relevansi ini tercermin dalam upaya memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme serta membangun kepemimpinan yang jujur dan bertanggung jawab. Dalam membangun masa depan yang berkelanjutan, integritas dan moralitas yang dijunjung tinggi dalam Pancasila menjadi fondasi yang kuat bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Tantangan dalam penerapan Pancasila akan terus hadir, maka dari itu pembelajaran dan refleksi terus-menerus mengenai nilai-nilai Pancasila penting untuk memastikan ideologi ini dapat berfungsi secara efektif di masa depan. Dengan begitu, Pancasila masih tetap relevan bagi masa depan bangsa dan negara karena mampu menjadi landasan dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline