Teks berjudul "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" menjelaskan gaya kepemimpinan Gus Dur, yang seringkali menyinggung masalah-masalah atau mengkritik dengan humor atau teks anekdot. Gus Dur seringkali menyampaikan kritik dengan anekdot, yang menyebabkan beberapa pernyataan-pernyataannya kontroversial karena menyinggung beberapa pihak. Sebenarnya, penyampaian kritik menggunakan humor bukanlah sesuatu yang seharusnya dipandang secara negatif. Gus Dur adalah contoh nyata dari keefektifan penggunaan anekdot sebagai sarana penyampaian kritik. Dengan menggunakan anekdot, kritik dapat disampaikan dengan cara yang sopan dan lucu sehingga masyarakat dan orang yang dikritik akan lebih memperhatikan dan merefleksikan kritikan yang diberikan. Meskipun begitu, dewasa ini apabila seseorang melakukan hal serupa, yakni menyampaikan kritik melalui anekdot, orang tersebut akan ditangkap dan dikenakan hukum, seperti tuduhan pencemaran nama baik.
Sebelum membahas inti pembahasan secara lebih dalam, kita harus terlebih dahulu memahami arti dari teks anekdot itu sendiri. Teks anekdot pada dasarnya merupakan sebuah cerita yang berisikan kisah humoris atau lucu, dengan tujuan menghibur pembacanya, sekaligus mengkritik tokoh atau peristiwa yang menyangkut banyak individu dalam masyarakat. Apabila hanya dilihat secara sesaat atau dibaca secara sekilas, mungkin kebanyakan orang akan menganggap teks anekdot sebagai sebuah teks humoris biasa. Namun, sebenarnya teks anekdot memiliki makna yang jauh lebih mendalam daripada itu.
Agar dapat lebih memahami teks anekdot secara lebih dalam, simaklah contoh teks anekdot tentang Intelijen yang dibuat oleh Gus Dur:
Pada masa Orde Baru, hampir setiap acara yang didatangi Gus Dur selalu diawasi intel. Kala itu, Gus Dur tengah menghadiri pertemuan forum para kiai. "Nanti kita diskusinya dalam bahasa Arab, karena di sini ada intel," kata Gus Dur dalam sambutannya menggunakan bahasa Arab.
Setelah itu, acara diskusi pun benar-benar dilanjutkan menggunakan bahasa Arab. Si intel kemudian pulang dan melapor kepada komandannya. "Tadi membicarakan apa?" tanya komandan kepada si intel.
"Tidak ada diskusi, komandan. Para kiai itu hanya saling mendoakan," jawab si intel.
Apa yang menarik dari kisah intelijen yang disampaikan Gus Dur? Kelucuan atau humor yang terdapat dalam anekdot Gus Dur tentang intelijen ini adalah bagaimana Gus Dur menyarankan agar diskusi dilangsungkan dalam bahasa Arab, dan ternyata intelnya menganggap diskusi tersebut adalah ibadah doa, di mana anggota forum diskusi tersebut dinilai saling mendoakan. Daya tarik dari anekdot tersebut adalah bagaimana Gus Dur dapat memberikan kritik secara tajam kepada seorang intelijen, yang seharusnya menjadi seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, namun malah tidak bisa membedakan mana komunikasi dan mana doa. Cara Gus Dur dalam menyampaikan kritik menohok secara lucu dan sopan merupakan salah satu perwujudan dari tujuan anekdot itu sendiri.
Seperti yang telah disinggung pada penjelasan sebelumnya, sebenarnya fungsi dominan dalam teks anekdot adalah sebagai sarana ekspresi yang berhubungan dengan ketidakpuasan, kejengkelan, kekesalan, dan memberikan kritik terhadap hal yang kurang kita sukai tersebut, sehingga dapat menjadi lebih baik. Fungsi sekundernya adalah menghibur. Pada contoh anekdot yang dibuat oleh Gus Dur di atas, fungsi primernya atau dominannya adalah bagaimana Gus Dur menyindir dan mengkritik intelegensi dan kompetensi dari intelijen itu sendiri, sedangkan fungsi sekundernya adalah bagaimana Gus Dur menyampaikan kritiknya terkait intelegensi intelijen tersebut melalui guyonan, di mana mereka menganggap diskusi dalam bahasa Arab adalah saling mendoakan.
Penggunaan anekdot sebagai sarana penyampaian kritik dengan humor tidak hanya digunakan oleh Gus Dur. Kenyataannya, anekdot sebagai sarana dalam penyampaian kritik merupakan hal yang lumayan umum terlihat, terutama dalam media sosial. Baru-baru ini, bahkan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, juga menyampaikan kritikannya terkait jalan di Lampung menggunakan anekdot. Dalam kunjungannya ke Lampung, Jokowi sempat memberikan pesan bernada sarkasme atau menyindir kepada wartawan usai mencoba jalan rusak di Kabupaten Lampung Tengah. Padahal kenyataannya jalan pada kawasan itu terpantau rusak parah. "Jalannya mulus, enak," kata Jokowi sambil tersenyum. "Sampai pak Zul (Zulkifli Hasan) tadi tidur, saya juga tidur. Ya, karena mulus sampai di mobil tidur dong," katanya. Ini merupakan sebuah anekdot, karena pada kenyataannya jalannya tidak mulus, dan sangat tidak nyaman dan sesuai untuk berkendara.
Kesimpulannya, teks anekdot adalah sebuah teks yang berisikan kisah humoris atau lucu, dengan tujuan menghibur pembacanya, sekaligus mengkritik tokoh atau peristiwa yang menyangkut banyak individu dalam masyarakat. Dengan teks anekdot, kritikan dapat disampaikan dengan baik dan sopan, namun tetap dapat tersampaikan dengan sasaran yang tepat. Anekdot yang digunakan oleh Gus Dur dan Jokowi sebagai sarana penyampaian kritik adalah salah satu bukti bagaimana anekdot dapat menjadi sebuah sarana yang baik, apabila digunakan dalam konteks yang sesuai.