Oleh : Alexander Gobai
Pagi, kira-kira pukul 08.45 WIT. Terdengar suara halus dari halaman rumah, “siapa dia, kata saya kepada adik laki-laki yang baru bangun dari tempat tidur”. Katanya mamade Amadi bunai. Oh, okey dia bilang apa? Kamu dua tidak kegereja kah? Ah tidak, kami dua juga mau siap-siap ini, jawabnya”! Ok, made di luan yah? Okey’’.
Setelah mendengar perkataan dari mamade, kami berdua dengan tidak memikirkan hal-hal yang lain, langsung mandi. Kemudian, kegereja!
Kira-kira pukul 09.00 WIT. Sudah tiba di gereja. Berlutut dan meyembah sekaligus menerima kedatangan Tuhan dengan tulus dan ikhlas. Mengikuti dari awal hingga akhir, adalah harapan besar untuk menebus segalah dosa yang pernah kita buat.
Pukul 11.45 WIT, kami keluar dari ibadah (misa) di gereja Katedral, Tiga Raja, Timika, Papua.Di saat keluar dari gereja, kebetulan ketemu dengan frater steven yogi, yang dalam jangka waktu dekat akan ditabis menjadi imam (pastor).
Karena baru ketemu, ia ajak ke pastoran untuk membicarakan atau sering beberapa pengalaman yang pernah terjadi, terutama masalah pacaran. Ini sebabnya, perluh dibicarakan,”katanya.
Ia, mulai berbicara dan mengungkit pengalaman-pengalaman masa lalunya, yang pernah terjadi selama ia berpacaran. Kisah-kisahnya bagus dan menarik. Karena menarik, tiba-tiba hati saya berdebar-debar dengan kenjang. Karena pengalaman yang dialaminya ialah pengalaman yang belum pernah saya rasakan dan mengalaminya.
Ketika ia berbicara, satu hal yang saya petik dari ceritanya ialah memilih pacar yang baik hatinya. Inilah pesan moral yang saya dapatkan dari ceritanya. Dan akan menjadi bahan pembelajaran bagi saya kedepan.
Setelah itu, tibalah giliran saya untuk mengungkit pengalaman di dunia pacaran. Saya mulai membicarakan, orang yang pernah saya pacaran, saya sebutkan satu per satu. Setelah membicarakan itu semua.
Pesan moral yang om frater steven dapatkan ialah harus memilih pacaran yang baik hatinya. Maka, kesan terakhir yang diungkapkan oleh frater ialah berupa nasehat. Om, kamu harus memilih perempuan jangan dari luarnya tetapi dari hatinya. Karena, ketika kamu memilih dari luarnya saja, hidupmu akan hancur dan akan menjadi sia-sia saja. Tetapi, bila kamu memilih perempuan yang hatinya baik, hidupmu akan baik dan akan berguna di hari-hari yang akan datang, “katanya.
Memilih perempuan, di zaman duluh beda dengan sekarang. Di zaman duluh itu, mereka melihat dari tingkah lakunya, dan hatinya. Tetapi, di zaman sekarang memilih perempuan dari luarnya yang lebih banyak, terutama di sisi wajahnya (mukanya) cantik, akhirnya tarik, langsung kawin. Karena terjadi begitu, akibatnya, menimbulkan masalah dalam keluarga maupun pada sesama.
Makanya om! Mulai dari sekarang om frater menekan bahwa, kamu harus memilih pacar yang baik hatinya. Jangan sia-siakan hidupmu dengan istri yang tidak benar. Tetapi, pilihlah perempuan yang bias mengerti dan memahami hidup dalam rumah tangga.
Penulis : Tinggal di Timika, Papua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H