Lihat ke Halaman Asli

Teknik Storytelling, Teknik Marketing "Berbahaya"

Diperbarui: 11 November 2023   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pemasaran secara online. (Sumber: PIXABAY/MUNEEBFARMAN via kompas.com)

Teknik marketing yang dimaksud ini cuma satu dan mungkin teman-teman paham dengan teknik ini.

Seorang pengusaha harus sejauh mana menjadi atau belajar storytelling ini untuk memasarkan produknya? Kadang pengusaha tidak melek akan problem statement, sejauh mana kira-kira cara membangun bisnis yang memang melekat pada storytellingnya.

Sekarang eranya bukan lagi seperti zaman dulu, kini U-S-P'nya sudah berubah, unique selling proposition menjadi unique story proposition. Contoh? 

Parfum Humans bisa dikatakan sudah menggunakan teknik eranya storytelling. Jadi gara-gara serba AI, serba penawarannya banyak, kalau produk kalian adalah tidak ada ceritanya, kayaknya valuenya tidak naik.

Sehingga   akan kecemplung di kubangan perang harga, lagi panasnya tiktok saat ini, yang bagus malah kalau kita lihat mereka teriak-teriak di tanah abang atau apapun itu pas di cek cara jualannya juga seperti masih zaman dulu.

Kenapa storytelling itu harus melekat pada si brand owner?

Storytelling itu luas dari ranah bisnis harus distorytellingkan, bahkan dari ranah documenter kalau di storytelling kuat mereka bisa giring kanan atau ke kiri.  

Documenter storytelling yang dimaksud, kita ambil satu saja sebuah kasus yang sempat rame "es dingin". Hal ini merukapan sesuatu yang dapat dikatakan (bukan sisi negative, mau konspirasi atau lainnya) gara-gara dulu ada sebuah putusan tahun 2016 bahwa mba J pembunuhnya.

Nah, kita gampang banget percaya, 'oiye bener ye muka begini begitu' , 'ohya begini begitu blabla', Cuma selama si J ini 7 tahun di penjara akhirnya muncul sebuah documenter (dar der dor). 

Bisa-bisanya berubah serentak (daaar~), ternyata bukan 'doi' , kalau dari documenter yang didapat ternyata benar condongnya (bukan condong catur) kesini kesana dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline