Lihat ke Halaman Asli

Suicide: Sisi Sosiologi

Diperbarui: 6 November 2023   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pribadi

Maraknya peristiwa suicide yang diekspose oleh media massa atau sosial media belakangan ini, sebenarnya dapat dijelaskan selain dari pandangan psikologi, yups kali ini suicide dari pandangan sosiologis. Ada satu literatur sosiologi yang mengulas tentang fenomena suicide di tengah Masyarakat.

Literatur tersebut adalah Suicide (1897) karya Emile Durkheim. Beliau  ini memiliki pendapat kalau suicide dapat dipicu oleh penyebab psikologis, biologis, dan fisika kosmis yang terkadang tak dapat dijelaskan secara eksakta (belom bisa dijelaskan secara konkret).

Durkheim membagi suicide menjadi beberapa jenis. Pertama, suicide egostik ini dipicu oleh keterlepasan sosok individu dari ikatan sosialnya. Sosok individu yang tidak terintegrasi dengan lingkungan sosial cenderung berpikir untuk suicidal.

Kedua, suicide altruistic ini terjadi akibat terlalu kuatnya sosok individu dalam kohesivitas sosial dengan suatu kelompok. Jenis ini biasanya terjadi pada lingkungan komunitas yang masih primitif. Sebab, tipe ini cenderung dinilai sebagai sebuah tradisi atau kepercayaan.

Ketiga, suicide anomik ini dipicu oleh perubahan system dalam Masyarakat, baik system ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga menyebabkan terganggunya system kolektif. Sikap ketidakpastian akibat perubahan system akan berdampak pada psikologi individu.

Terakhir, suicide fatalistic ini dipicu oleh perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, hal ini menyebabkan sosok individu atau kelompok 'tertentu' merasa tertekan oleh nilai serta norma.

Bagaimana sosiolog menilai atau menjelaskan trend suicide yang marak terjadi ?

Kalau kita lihat dari sudut sosiologi, trend suicide itu kronologi pertama sudah jelas pasti dari individu yang bersangkutan memiliki suatu problema sosial. Misal, terdapat konflik atau kesalahpahaman dengan keluarga, teman kerja, pacar, atau malah dengan judol (judi onlen) atau pinjol.

Masih dalam konteks sosial budaya, fenomena lainnya juga bisa disebabkan oleh aspek budaya. Kita ambil satu contoh dari salah satu daerah yang mungkin tau atau paham akan kepercayaan ini. Pulung gantung merupakan sebuah kepercayaan, jika pada suatu waktu terjadi angin besar dan suara burung bersahut-sahutan pasti itu petanda ada yang suicide.

Oke~ pandangan atau kepercayaan seperti itu bisa saja "mensugesti" orang lain yang sedang memiliki masalah. Ketika melihat tanda-tanda seperti yang disebutkan barusan, mereka pun beranggapan 'wah dah waktunye dipanggil' (damn), sehingga mereka memiliki niat suicide karena dipicu adat yang berkembang ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline