Lihat ke Halaman Asli

Alexander Putra Dosinaeng

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Jurnalisme Masa Depan di Indonesia

Diperbarui: 21 Oktober 2023   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pointstar.co.id

Pada era digital ini cara masyarakat mengonsumsi berita juga berubah, dan jurnalis harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. Misalnya, generasi muda  lebih menyukai konten berdurasi pendek, visual, dan interaktif serta lebih cenderung membaca berita di perangkat seluler. Jurnalis harus menemukan cara untuk melibatkan publik dengan tetap menjaga kualitas dan keakuratan pemberitaan mereka. Pada abad ke-21, jurnalisme telah dibantu oleh berbagai teknologi canggih seperti video, gambar, suara, infografis, dan animasi. Di masa depan, teknologi kemungkinan akan terus memengaruhi cara jurnalis mengumpulkan, memproduksi, dan berbagi berita. Meskipun ada perubahan dan tantangan, jurnalisme harus tetap  menjunjung tinggi nilai dan etika seperti akurasi, keadilan, ketidak berpihakan, dan tanggung jawab. Jurnalis harus terbuka mengenai sumber, metode, dan biasnya, serta menanggapi masukan dan kritik dari audiensnya. Dengan cara ini, jurnalisme dapat terus memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi dan memberdayakan masyarakat.

Seiring berkembangnya teknologi dan media sosial, jurnalis harus berinovasi dan beradaptasi untuk mengikuti perubahan lanskap media. Hal ini melibatkan pengembangan keterampilan, alat dan teknik baru untuk mengumpulkan, memproduksi dan menyebarkan berita. Hal ini juga berarti menemukan cara baru untuk melibatkan audiens Anda dan menanggapi kebutuhan dan preferensi mereka. Namun, untuk mempersiapkan masa depan jurnalisme, perlu dilakukan investasi dalam  pelatihan  jurnalis. Hal ini mencakup kemampuan untuk membekali pemasok dengan keterampilan, teknologi, dan teknik baru. Hal ini juga berarti memperkuat literasi media dan pemikiran kritis khalayak untuk membantu mereka menavigasi lingkungan media yang kompleks. Jurnalis dapat menggunakan perangkat seluler untuk mengumpulkan, menyusun, dan mendistribusikan berita. Aplikasi seluler memungkinkan mereka merekam dan mengedit video, mengambil foto, dan menulis artikel. Jurnalisme seluler dapat membantu jurnalis menjadi lebih fleksibel dan responsif terhadap berita dan peristiwa. Media sosial telah menjadi sumber utama berita dan informasi bagi banyak orang, dan juga memungkinkan terjadinya jurnalisme warga dan konten buatan pengguna. Namun, media sosial juga menghadirkan tantangan terhadap jurnalisme, seperti penyebaran informasi palsu, kurangnya pengecekan fakta, dan ancaman ruang gaung. Di masa depan, jurnalis harus menemukan cara untuk menavigasi dan menggunakan media sosial  secara efektif dengan tetap menjaga kredibilitas dan standar etika. Jurnalis dapat menggunakan alat audio dan video untuk menyampaikan berita dan melibatkan audiens. Mereka dapat memberikan konten yang lebih mendalam dan interaktif melalui podcast, video, dan live streaming. Alat audio dan video juga dapat membantu jurnalis menjangkau khalayak muda yang lebih menyukai konten berdurasi pendek, visual, dan interaktif.

Teknologi saat ini juga memungkinkan untuk jurnalisme masa depan menggunakan AI untuk membantu meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi berita. Kecerdasan buatan (AI) sudah digunakan dalam jurnalisme untuk mengotomatiskan tugas-tugas berulang seperti pemrosesan data, memfilter komentar, atau membuat laporan berita. AI juga dapat membantu jurnalis menganalisis data dalam jumlah besar dan mengidentifikasi pola atau tren yang mungkin sulit dideteksi secara manual. Selain itu, AI dapat digunakan untuk membuat konten seperti artikel berita, ringkasan, dan keterangan. Hal ini dapat membantu jurnalis menghasilkan lebih banyak konten dalam waktu lebih singkat dan menjangkau khalayak yang lebih luas. AI juga dapat digunakan untuk menyesuaikan konten bagi pengguna individu berdasarkan preferensi dan minat mereka. Hal ini dapat membantu jurnalis  melibatkan audiensnya dan menyediakan konten yang lebih relevan dan bertarget. Namun, penting untuk diingat bahwa konten yang dihasilkan AI masih perlu diperiksa dan diedit oleh editor manusia untuk memastikan keakuratan dan kualitas. Karena itu, AI diperkirakan tidak akan sepenuhnya menggantikan reporter manusia, karena mereka masih berperan penting dalam menyediakan konteks, analisis, dan interpretasi berita.

Namun, penggunaan kecerdasan buatan dalam jurnalisme juga membawa beberapa tantangan dan risiko, seperti kemungkinan hilangnya pekerjaan bagi jurnalis manusia, risiko bias dan ketidakakuratan dalam konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan, dan kebutuhan untuk menjaga standar dan nilai etika. Dengan adanya kemajaun teknologi saat ini yang memudahkan pekerjaan para jurnalis di masa depan, namun hal ini juga memiliki nilai negatif karena dalam persaingan kecepatan dalam menyampaikan berita atau informasi, seringkali berita atau informasi yang disampaikan kurang akurat. Jurnalisme instan merupakan tantangan yang akan dihadapi jurnalis di masa depan. Jurnalis harus memastikan bahwa mereka menjaga keakuratan dan kualitas laporan mereka sambil menyampaikan berita dengan cepat. Keterbatasan sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan sumber daya teknis, dapat menjadi tantangan bagi pemasok di Indonesia. Jurnalis harus menemukan cara untuk mengoptimalkan sumber dayanya dan bekerja lebih efisien untuk menghasilkan berita dan informasi yang berkualitas. Selain itu, akses terhadap teknologi dan Internet tidak setara di Indonesia. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi jurnalis yang perlu menjangkau khalayak di seluruh negeri. Jurnalis harus menemukan cara untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa pemberitaan mereka menjangkau sebanyak mungkin orang.

Dengan tekonologi yang sangat membantu saat ini, memungkinkan untuk siapa pun menulis dan menyebarkan sebuah berita. Kemunculan jurnalisme warga dapat menimbulkan ancaman serius bagi jurnalis profesional. Jurnalisme warga berarti siapa pun bisa menjadi jurnalis dan melaporkan berita. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya profesionalisme dan kredibilitas dalam pemberitaan. Jurnalis harus menemukan cara untuk beradaptasi dengan kenyataan baru ini dengan tetap menjaga akurasi dan standar etika. Menjaga kredibilitas dan kepercayaan merupakan tantangan bagi jurnalis di Indonesia. Karena saat ini memmbuat, menyebarkan dan menerima sebuah berita sangatlah mudah sehingga masyarakat saat ini kebanjiran informasi yang dimana penyebaran hoax juga sangat mungkin untuk terjadi. Jurnalis harus memastikan bahwa mereka mematuhi nilai-nilai dan etika seperti akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan. Mereka juga harus terbuka mengenai sumber, metode, dan bias mereka. Dengan cara ini, jurnalis dapat menjaga kredibilitas dan kredibilitasnya di mata publik.

Oleh karena itu, jurnalis harus mendidik dirinya sendiri dan masyarakat tentang penggunaan kecerdasan buatan dalam jurnalisme. Mereka perlu memahami kemampuan dan keterbatasan AI. Jurnalis harus menjamin keakuratan dan keandalan informasi yang disajikan kepada publik. Mereka harus memastikan bahwa informasi yang mereka gunakan akurat dan dapat diandalkan. Mereka juga harus memverifikasi sumber dan informasi yang digunakan untuk membuat konten. Mereka juga harus mengedukasi masyarakat tentang potensi bahaya dan manfaat konten yang dihasilkan AI. Jurnalis harus terbuka tentang sumber, metode, dan bias mereka. Mereka harus mengungkapkan kapan AI digunakan untuk membuat konten atau menganalisis data. Mereka juga harus berkomunikasi secara terbuka tentang keterbatasan dan potensi bias konten yang dihasilkan AI. Jurnalis dapat bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk memerangi disinformasi dan meningkatkan literasi media. Mereka dapat bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan peraturan yang mendorong penggunaan AI dalam jurnalisme secara bertanggung jawab. Mereka juga dapat bekerja sama untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya literasi media dan pemikiran kritis. Maka dari itu penting bagi jurnalis untuk menggunakan AI secara bijak dan bertanggung jawab, serta menemukan cara untuk mengintegrasikan AI dengan pengetahuan dan penilaian manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline