Lihat ke Halaman Asli

Alexander Bintang Mahardika

Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan

Sang Perintis Gereja Kudus Allah Di Sulawesi Tenggara

Diperbarui: 2 Desember 2024   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Adrianus I Made Dana, Sumber: Dokumen Pribadi

Berkat semangat dan tetuntunan Roh Kudus kami dapa mendirikan Gereja Allah di Sulawesi Tenggara.

Adrianus I Made Dana

Adrianus I Made Dana, lahir pada 19 Maret 1945 di  Palasari, Bali. Ia adalah seseorang yang memiliki sebuah semangat yang besar. Kini ia telah berusia 79 tahun dan  tinggal di Sendang Mulya Sari, Kec. Toangauna, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara bersama keluarga.

Semangat beliau sudah terbantuk dari beliau masih kecil. Saat kecil, beliau sangat bersemangat berangkat ke sekolah. "Selama SD, saya sangat bergembira, karena yang mengajar agama pada waktu itu adalah seorang imam SVD" ujar beliau. Beliau sangat senang sekali dengan pelajaran agama. "Tantangan saya pada waktu itu adalah gedung sekolah yang masih darurat, buku-buku yang masih mahal dan minimnya pakaian" Walaupun memiliki banyak tantangan beliau tetap bergembira dan bersemangat. 

Pada saat itu juga ada perkumpulan pemuda yang bernama St. Don Bosco. Hadirnya perkumpulan ini semakin membentuk karakter beliau yang memiliki jiwa pemuda yang bersemangat. Pada tanggal 15 Juli 1974 diberangkatkanlah rombongan transmigrasi Banpres dari Bali menuju Sulawesi Tenggara. Rombongan Transmigrasi waktu itu berjumlah 63 keluarga, yang terdiri dari 54 keluarga beragama Hindu dan sembilan keluarga beragama Katolik. Mereka tiba di Kendari pada tanggal 21 Juli 1974 dan langsung menuju lokasi pemukiman mereka di Unaaha, tepatnya di wilayah Sendang Mulya Sari dan Mekar Sari saat ini. 

Sembilan keluarga yang beragama katolik inilah yang menjadi cikal bakal umat Katolik di Unaaha "Kala itu kami sebagai transmigrasi Banpres sangat minim mendapat bantuan dari pemerintah. Kami disediakan pondok, tetapi sudah tidak layak. Tidak diberikan peralatan pertanian, jadi kami harus membeli sendiri.".ujar beliau. Meski banyaknya tantangan, hal ini tidak menjadi halangan bagi beliau, beliau tetap merasa senang dan bersemangat. Dengan cepat mereka membuka hutan alang-alang yang nantinya akan dijadikan permukiman. 

"Pembukaan lahan itu adalah hal kecil bagi saya, karena saya sudah terbiasa mengerjakannya saat di Bali" ujar beliau."Syukurlah bahwa pada saat itu di Unaaha sudah ada 1 KK umat Katolik (Alm. Bpk. Martinus Muliasari) yang berprofesi sebagai TNI AD." selama  masa itu bila tidak mendapat kunjungan Pastor dari Kendari, beribadat di Gereja Gepsultra Jemaat Sion Unaaha. Kami pun diajak ikut serta untuk beribadat bersama di sana. Ketika kami mendapat kunjungan Pastor dari Kendari, kami meminjam gedung gereja Sion untuk merayakan ekaristi. Prinsip yang dipegang beliau adalah harus ada gereja di wilayahnya. 

Beliau bersama sembilan keluarga memiliki komitmen untuk tidak meninggalkan iman katolik. Beliau prihatin bila harus terus menumpang, jadi beliau mengajukan permohonan kepada pemerintah agar diberikan lahan untuk membangun sebuah gereja. Tanah seluas 0,5 ha menjadi gereja darurat yang beratapkan rumbia, berdinding bambu, dan berlantaikan tanah.  Semakin lama, umat yang datang semakin banyak, jadi beliau bersama umat mendirikan gereja yang lebih besar lagi hingga menjadi gereja yang permanen. Ketekunan dan semangat beliau membuahkan hasil, ada seorang pastor yang menetap di Unaaha. 

Pastor Albertus Maria Rua Pr menetap di gereja dan membantu mengurus gereja dan gereja di Unaaha masuk ke dalam proses persiapan menjadi paroki. Setelah itu, datanglah  pastor Robby Lamba Tandilintin, Pr dan membantu mencari dana untuk pembangunan gereja yang lebih besar lagi. Tidak hanya pastor yang mencari dana ke sana ke sini, tetapi seluruh umat membantu mencari dana. Setelah menjadi paroki mereka menamai paroki itu dengan nama Roh Kudus Unaaha. "kami memilih nama itu, karena kami percaya bahwa Roh Kuduslah yang membimbing kami selama berada di Sulawesi." Keputusan besar yang diambil oleh beliau untuk membangun gereja, yaitu agar tidak ada satu pun umat yang meninggalkan gereja. 

"saya merasa bangga, karena pertama kali datang hanya sembilan KK dan sekarang hampir 1000 KK" ujar beliau. Dari sembilan Kk hingga 1000 KK membutuhkan banyak tenaga dan usaha yang dikerahkan oleh beliau dan umat. Keberanian, semangat, dan keturunan beliau  muncul juga, karena pastor paroki yang selalu membimbing iman, selalu bekerja sama, mau membuka diri untuk gereja dan masyarakat. Tokoh seorang pastor atau imam yang membuat beliau dapat membangun gereja saat ini. Beliau berharap semoga gereja ini semakin berkembang, gereja ini sudah bisa berdiri sendiri karena adanya kerja sama di antar umat.  Beliau juga memiliki pesan untuk anak muda "Anak muda, kalian harus semakin bersatu, semakin giat dalam mengikuti kepemudaan, dan selalu ikut dalam kegiatan menggereja."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline