Lihat ke Halaman Asli

Sahabat Bayangan

Diperbarui: 6 April 2019   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gelap malam telah menyelimuti jagad raya. Kini hanya terang semu sang lampu yang mampu menyinari jagad raya ini. Terang tersebut menampilkan siluet seorang anak yang sedang duduk dipelataran rumah yang berdindingkan geribik. Posisi rumah yang tidak jauh dari perkotaan, membuat bisingnya kendaraan kerap kali terdengar di kuping masyarakat sekitar. Namun kebisingan-kebisingan tersebut tidak mengurangi niat masyarakat pedesaan dan anak tersebut untuk tetap bersemayam dipedesaan itu.

Anak yang kerap disapa Boy tersebut, tinggal disebuah rumah geribik bersama seorang wanita yang sudah lanjut usia. Seseorang tersebut yang membesarkan dan mengurusinya hingga sekarang, wanita itu kerap kali dipanggil Emak oleh si Boy. Setiap hari Emak bekerja di pasar untuk menjual anyaman bambu, walau kerap kali tidak laku. Akan tetapi Emak tetap menggeluti pekerjaannya itu, karena menurutnya hanya itulah pekerjaan yang dia bisa kerjakan.

***

Gelap yang berangsur-angsur menghilang, digantikan oleh terang sang mentari. Kini saatnya bagi Boy untuk berangkat sekolah. Seperti biasa, sebelum Boy berangkat sekolah Ia akan berpamitan kepada Emaknya.

"Mak, Boy berangkat sekolah dulu ya"

"Iya nak, hati-hati"

"siap mak"

Sesampai di sekolah Boy langsung membaurkan diri dengan teman-temannya. Kegiatan di sekolah berjalan semestinya. Boy dan teman-temannya mengikuti pelajaran dengan baik. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, kini waktunya untuk beristirahat.

Seperti biasa, pada saat istirahat Boy bersama teman-temannya pergi ke kantin di belakang sekolahnya. Mereka berbincang-bincang dengan seru, walau tidak jelas apa yang mereka perbincangkan. Sambil berbincang-bincang Boy dan teman-temannya membeli makanan di pinggir jalan yang tidak tahu bagaimana kualitasnya. Dari jauh tampak seorang anak laki-laki yang sedang memperhatikan Boy dan teman-temannya.Ternyata anak itu adalah Udin tetangga Boy, tak lama kemudian Udin menghampiri Boy. Tanpa pikir panjang Udin langsung merampas makanan yang ada ditangan Boy dan langsung membuangnya. Wajah Boy menunjukkan kegeramannya, sehingga terjadilah adu mulut diantara mereka.

            "Maksudmu apa ? Buang-buang makananku" Kata si Boy dengan nada tinggi

            "Kamu kenapa kok makan makanan sembarangan?" Jawab si Udin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline