Bab I Pendahuluan
Organisasi garis keras Islamisme Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Front Pembela Islam (FPI) kerap kali terlibat dalam berbagai aksi maupun konflik beragama di Indonesia. Berbagai aksi telah dilakukan oleh FPI dan tidak jarang konflik ini mengakibatkan keresahan bahkan trauma bagi masyarakat. FPI yang dipimpin oleh Habib Rizieq ini memiliki sejarah panjang terkait aksi-aksi kekerasannya. Sebagai contoh, FPI pernah melakukan demonstrasi dan merusak kantor Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) dimana mereka mengajukan tuntutan kepada presiden saat itu yakni Susilo Bambang Yudhoyono untuk secepatnya membubarkan kelompok Ahmadiyah. Selain itu, FPI juga pernah menolak dengan keras rencana kedatangan salah satu pesohor dari Amerika yaitu Lady Gaga yang akan melakukan konser di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada tanggal 3 Juni 2012.
Salah satu aksi yang cukup menggemparkan Indonesia adalah aksi untuk melengserkan Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama Ahok. FPI mengajukan tuntutan agar Ahok diseret ke penjara karena dianggap melakukan penistaan terhadap agama Islam. Hal ini dipicu karena salah satu rekaman pidato Ahok saat melakukan blusukan. Berikut kutipan pidato Ahok tersebut, " Bisa saja dalam hati Bapak dan Ibu, tidak pilih saya karena dibohongi orang dengan pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu adalah hak Bapak dan Ibu. Kalau Bapak dan Ibu merasa tidak bisa memilih saya karena takut masuk neraka, begitu, tidak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak dan Ibu". Rekaman pidato ini dengan cepat viral di sosial media, yang berujung dilaporkannya Ahok ke pihak berwajib dengan tuduhan penistaan agama.
Aksi lain yang seringkali dilakukan FPI adalah aksi sweeping atau penertiban terhadap berbagai kegiatan atau aktivitas yang bertentangan dengan syariat Islam dan berujung pada kekerasan. Dua kasus yang sering terjadi adalah aksi sweeping atribut natal di pusat perbelanjaan dan aksi sweeping restoran yang tetap buka saat umat Islam sedang berpuasa.
Bab II Pembahasan
Aksi-aksi FPI ini telah menunjukkan bahwa terdapat intervensi agama dalam kehidupan politik di Tanah Air. Kelompok agama yang seharusnya memiliki andil untuk menghasilkan kehidupan sosial yang baik dan menjaga perilaku setiap individu agar dapat bertindak dengan baik, malah turut ikut campur dalam bidang yang bukan ranahnya. Sebagai contoh, kegiatan mereka yang menentang dan meminta pertanggungjawaban Ahok karena pidatonya yang dianggap menyinggung perasaan umat Islam. Jika kita lihat secara mendalam, peran kelompok agama yang seharusnya dapat mengayomi serta menciptakan ketentraman bagi pemeluk agama tersebut serta antar umat agama lainnya, bukannya berusaha untuk menjerat politisi mengenai perkataannya yang kontroversial.
Peran FPI seharusnya dapat menenangkan umat dan apabila merasa bahwa ucapan Ahok menyakiti masyarakat, FPI dapat melakukan teguran secara personal sehingga peran mereka sebagai kelompok sosial dapat tercapai dan tidak mengganggu elektabilitas Ahok, yang apabila FPI menuntut hukuman untuk Ahok akan merusak sportivitas dalam lingkup politik. Phak lawan Ahok dalam pemilihan, akan dapat menggunakan momen ini untuk meningkatkan elektabilitas mereka sehingga prinsip pemilihan yang adil tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Negara sebagai sebuah institusi yang besar sudah seharusnya mengayomi berbagai kelompok dalam masyarakat, salah satunya kelompok agama. Hal ini diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat karena agama adalah bagian dari kehidupan bernegara dan agama bukan merupakan lembaga yang formal. Agama seharusnya bersifat privat yang berarti menjadi tanggung jawab setiap individu, sehingga pengamalan nilai-nilai agama bergantung dengan masing-masing pribadi yang mempercayainya.
FPI sebagai kelompok agama hanya memiliki hak untuk mengingatkan pemeluknya untuk menjauhi berbagai hal yang dilarang oleh agama dan berkewajiban untuk mendukung setiap keputusan pemerintah. Upaya mereka untuk menentang menjadi bukti bahwa agama tidak dapat disatukan dengan nilai-nilai politik, terlebih Indonesia merupakan negara dengan 5 agama sehingga tidak seluruh masyarakat harus mengikuti kehendak FPI tersebut.
Selain itu, aksi kelompok ini dalam membubarkan Ahmadiyah juga dapat dianggap merusak politik di Tanah Air. FPI bertindak sewenang-wenangnya dan merasa lebih besar dari konstitusi serta negara sehingga berani untuk menuntut pelaksanaan pembubaran sebuah kelompok dalam masyarakat yang dapat memicu terjadinya konflik antar golongan di tengah masyarakat. Jika hal ini terus dibiarkan, Indonesia dapat terpecah belah, sama hal nya dengan yang terjadi di Afghanistan, Suriah, dan berbagai negara lainnya yang dilanda konflik serupa.
Bab III Kesimpulan