Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Jurnalisme Multimedia di Indonesia: Sudah Sejauh Mana?

Diperbarui: 29 November 2023   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Humas Indonesia

Perkembangan zaman dan internet telah merubah banyak hal disekitar kita. Perubahan tersebut juga berdampak kepada dunia jurnalisme. Dahulu, jurnalisme dikenal sebagai praktik dimana wartawan akan melakukan news gathering, mereka akan turun ke lapangan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari narasumber dan saksi yang berada di sekitar kejadian (Widodo, 2020, h.57 ). 

Di masa kini, jurnalisme harus terus mengikuti arus perubahan agar jurnalisme bisa tetap relevan sehingga jurnalisme harus tetap proaktif dan juga kreatif dalam menyajikan konten-konten yang baru (Haryanto dalam Widodo, 2020, h.57). Dalam upaya penyajian berita yang lebih kreatif dan didorong dengan perkembangan zaman yang semakin cepat, munculah jurnalisme multimedia.

Multimedia dapat diartikan sebagai kombinasi dari banyak media mulai dari teks, foto, grafis, video dan audio (Widodo, 2020, h.24) . Sehingga jurnalisme multimedia dapat diartikan sebagai proses penyebaran berita yang dilakukan dengan banyak media yang disatukan menjadi satu. 

Tujuan dari adanya multimedia ini adalah supaya penyajian berita bisa dilakukan secara menarik namun tetap informatif (Widodo, 2020, h.2 ). Banyak perubahan yang memang bisa dirasakan dengan adanya format multimedia dalam jurnalisme. Khalayak penikmat berita tidak perlu merasa bosan atau jenuh karena hanya mendapatkan berita dalam bentuk teks saja, karena mereka juga bisa menikmati video audio visual, gambar dan lainnya sehingga berita lebih menarik. 

Jurnalisme Multimedia mulai berkembang semenjak tahun 1990-an. Namun, perkembangan pesat nya dialami pada awal tahun 2000-an. Tonggak awal munculnya keberadaan jurnalisme multimedia bisa ditarik sejauh 22 tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 2001 pada saat terjadi gempa bumi di India tepatnya di kota Bhuj, kantor berita Amerika bernama  Associated Press menyajikan berita tersebut dengan format audio-photo slideshow (McAdams dalam Kurniawati, 2013, h. 2). Di Inggris, pada tahun 2000, web milik The Guardian sudah memiliki link khusu berjudul "Multimedia" yang menampilkan konten audio petunjuk interaktif dengan format movie Flash (Kurniawati, 2013, h.2).

Apakah anda pernah bertanya-tanya bagaimana jurnalisme multimedia bisa muncul di Indonesia?

Sebagai permulaan kita harus menilik terlebih dahulu perkembangan jurnalisme online yang mewarnai sejarah jurnalisme Indonesia yang dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama terdapat pada tahun 1995 - 1997, yang merupakan tahun dimana internet masuk ke Indonesia yang dikembangkan oleh IPTEKNET. 

Pada masa ini, media online yang baru hadir adalah Tempo Interaktif dan Kompas Cyber Media (Putra, 2023, h.9). Periode kedua terjadi pada tahun 1998 - 2001 yang ditandai dengan fenomena dotcom dan juga pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers ( SIUPP) pada kabinet Presiden Habibie yang menjadi pertanda kebebasan pers di Indonesia. Dengan adanya dotcom ini banyak pihak dapat memiliki laman pers nya masing-masing (Putra, 2023, h.10). Lalu, periode ketiga terjadi pada tahun 2002 hingga sekarang yang diwarnai dengan fenomena jurnalisme online multimedia dengan produk layanan seperti news feed, podcast, desktop alert, berita pada mobile phones dan masih banyak lagi (Putra, 2023, h.10). 

Perkembangan Jurnalisme Multimedia di Indonesia

Dalam berkembangnya jurnalisme multimedia, para perusahaan media tentunya memerlukan "rumah" sehingga mereka bisa singgah di dalamnya untuk bisa dibaca atau dinikmati oleh banyak orang. Rumah tersebut adalah media online dan media sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline