Lihat ke Halaman Asli

Alexa Chan

Designer, Konsultan Pajak/Keuangan

Tuhan Akhirnya “Diseret” Ahok untuk Membenarkan Kebijakannya

Diperbarui: 12 Juni 2016   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Petugas gabungan bekerja sama menutup tanggul Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, yang jebol dengan menggunakan kantong berisi pasir, Sabtu (4/6/2016).

Sebentar...sebelon dilanjutin  mohon dipahami dulu,  tulisan ini nggak bermaksud menyinggung pertentangan SARA, apalagi menyoroti  keyakinann Ahok. Sama sekali nggak.  Tapi  ya.. Lexa pasrah aja pada penilaian pembaca nantinya apalagi pengelola  blog keroyokan pewarta warga ini.

Sebenarnya, udah dari kemaren kepengen  publish tulisan ini, terutama untuk menanggapi pemberitaan Kompas.com (9/06/2016Air)  yang bertajuk “Laut Naik, Ahok Merasa Dapat Pertolongan Tuhan”, yang tak lain untuk menggiring opini dan menjawab permasalahan berbagai tudingan terkait keberadaan proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

Menurutnya "Ini Tuhan menolong Ahok ini jelasin teorinya nih. (Ketinggian permukaan laut) di Bali naik, Semarang naik, seluruh Indonesia ini sekarang muka air lautnya naik. Jadi, Tuhan nolong, (naiknya permukaan laut di Jakarta) bukan karena reklamasi Ahok ya," ujar Ahok di Balai Kota, Kamis (9/6/2016).

Tanpa menguragi rasa hormat dan menghargai keyakinan anda Koh,  sebenarnya sah-sah saja anda berpendat demikian. Namun ketika pendapat tersebut ditujukan untuk membenarkan kebijakan anda apalagi untuk menjawab “serangan” pada “haters”  yang bersebrangan dengan anda, menurut Lexa nggak pada tempatnya jika “Tuhan” dijadikan “tameng” untuk membenarkan kebijakan anda dan seolah-olah menyalahkan orang lain,  apalagi  udah bernuansa politis. Umat yang anda pimpin saat ini adalah umat Tuhan, bukan dibawah kekuasaan anda sepenuhnya.

Bukankah Tuhan nggak pernah melarang manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Tuhan mengaruniakan manusia berbagai talenta untuk dikembangkan bukan hanya untuk disimpan? Bukan begiti koh?  Jadi kejadian Alam yang terjadi tersebut , menurut Lexa ya nih, sekali lagi jangan dijadikan pembelaan diri yang menjadikan Tuhan sebagai “tameng”. Mudah-mudahan Koh nggak tersingung  apalagi bagi pendukung setia koh nantinya.   

Setidaknya dalam pemahaman Lexa yang boleh saja dituduh Kafir, Ateis atau segala macam, terserah! Namun Lexa percaya Tuhan yang Esa nggak melarang ilmu pengetahuan berkembang kan koh, asal tentu beriman dan bertindak menurut perintah dan kehendak Tuhan. Jadi..  ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan melalui talenta masing-masing orang, mulai dari diri anda dan para ahli di lingkungan anda, hingga  mereka yang mendukung anda dengan hasil kajian ilmiah mereka termasuk  mereka yang memiliki hasil kajian ilmiah yang berbeda, sepatutnya menjadi masukan untuk membenahi konsep pembangunan yang kemudian menjadi kebijakan yang mensejahterakan umat.  

Lagi-lagi menurut lexa nih,  bukan hanya Koh yang kadang kerap kelepasan pernyataan bahwa koh sebagai orang pinter (bukan dukun yang pasti), termasuk para penasehat atau ahli  yang mengkaji berbagai masalah termasuk yang berlawanan menurut talenta yang mereka miliki,  sepertinya koh sangat paham harus disikapi dengan khimat  juga bukan? Kalo salah mohon maaf, jangan bereaksi apalagi pakai emosi melalui media pemprov atau malah melalui media yang mencintai sepak terjang anda ya koh.... Lexa yakin anda sangat cerdas dalam hal ini.

Jika kelak Koh ditakdirkan menjadi pemimpin Jakarta lagi, tentu saja Koh pasti paham bahwa negara ini bukan berciri Teokrasi namun Demokrasi yang berlandaskan Pancasila. Sehingga dengan demikian, Lexa rasa Koh yang dinilai banyak orang sebagai warga negara yang bersih nan cerdas, serta memiliki talenta khusus dari Tuhan, seengaknya  dapat menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang tepat. Kalopun adanya perlawanan atau pertentangan terhadap kebijakan Koh  yang bertujuan murni untuk  mensejahterakan umat, nggak perlulah diumbar. Namun terserah Koh saja. Karena pada hakekatnya, Iman tanpa perbuatan menurut keyakinan Lexa adalah mati, sama atau beda Koh? Jadi perbuatan seperti apa itu? Rasanya Koh lebih paham, karena perbuatan bukan berkonotasi pada tindakan dari secarik kertas kebijakan, perintah atau bersifat fisik saja, tetapi juga ucapan yang kadang nggak pantas yang keluar dari mulut Koh sendiri dan dipertontonkan bebas kepada publik

Semoga ulasan pendek dari orang yang memiliki segudang dosa ini dan memiliki talenta nggak sehebat Koh, mudah-mudahan dapat  menjadi perenungan.  Kalopun nggak, nggak menjadi masalah juga. Sekalipun Lexa kemudian akan dihakimi.  Paling nggak tulisan ini Lexa nulis dengan tulus apa adanya, semua resiko akan Lexa hadapi bahkan menerimanya dengan tulus pula.

Salam Sejahtera buat Koh Ahok dan keluarga, juga salam damai untuk semua pengagum Ahok atau yang bersikap sebalinya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline