Lihat ke Halaman Asli

Coach Indra: Romantisme Cinta dan Sepakbola

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebelumnya mari kita ucapkan selamat kepada pelatih, seluruh pemain dan official Timnas U-19,

Kalian telah memberikan setetes demi setetes kebahagian atas dahaga prestasi sepakbola Indonesia saat ini.

Saat ini  coach Indra menjadi buah bibir penikmat dan pecinta sepakbola di kolong jagad Nusantara. Sosok yang dulu tidak diperhitungkan bahkan dipandang sebelah mata hal ini terbukti ketika sempat dipecat dari jabatan pelatih dan kontrak yang sampai saat ini masih tidak jelas.

Namun kenapa Beliau masih begitu bertekad untuk melatih, ternyata  ada  kisah menarik dari perjalanan hidup dan karir seorang coach indra sebagaimana yang saya kutip dari twitter saudara @ekopriyono10.

Coach Indra lahir di Lubuk Nyiur, Sumatera Barat, 2 Februari 1963.  ketika tumbuh menjadi remaja, sudah pasti merupakan masa yang paling indah dan akhirnya ketemu pujaan hati juga tidak lepas dari  sepakbola.

Awal romantisme saat Indra masih aktif sebagai pemain era 1980-an. Sayap kanan menjadi posisi yg paling sering ditempati selama bela PSP Padang, Waktu itu PSP sering berlatih di lapangan yang terledak di belakang rumah Temi Indrayani, perempuan kelahiran Bandung yang besar dan tumbuh di Padang, Sumatera Barat.

Sejak pertama kali bertemu dan kemudia intensitas pertemuan terus meningkat, akhirnya benih-benih cinta bersemi di hati mereka, pada tahun 1985 coach Indra menjalin cinta dengan Temi.  Akan tetapi, seperti kisah sinetron, jalinan cinta mereka tidak semulus keinginan

Orangtua (alm.) Temi tidak menyetujui pilihan anak gadisnya. Namun keteguhan cinta mereka membuat mereka memutuskan untuk menikah walaupun mendapat tentangan dari Orangtua Temi.

Akhirnya Proses pernikahannya melibatkan Pengadilan Tinggi Negeri untuk memperoleh izin, dan  Untungnya salah satu paman Temi bersedia menjadi saksi.

Sampai ketika mertuanya  meninggal, ternyata diketahui Temi mendapat peninggalan sekantung berlian bertuliskan 'Untuk Anakku Temi Indrayani'. Dengan materi yang dimiliki, Indra makin membulatkan tekad untuk memberikan sesuatu bagi sepakbola Indonesia. Ia tidak ingin kisahnya dialami anak lain.

Dulu, beliau pernah gagal masuk timnas karena ada pemain lain yang orangtuanya punya uang lebih. Praktek-praktek sudah lazim kita ketahui yang istilah kerennya "pemain titipan".

Beliau bertekad dan tidak mau  anak-anak di pelosok yang punya talenta tersingkir karena kepentingan golongan/pribadi. Hal itulah yang menjadi motivasi dan mendorong Indra blusukan cari pemain ke penjuru Nusantara. Usaha coach Indra juga mendapat dukungan dana dari sponsor pengusaha di daerah agar menggelar seleksi di daerah masing-masing. Cara ini cukup efektif untuk proyeksi jangka pendek, Karena seperti yang kita ketahui kompetisi dan pembinaan usia muda kita masih jalan ditempat kalau tidak mau dibilang mundur. Kalau saja kompetisi di level pengcab/pengprov pssi jalan dengan baik, tidak perlu repot-repot cari pemain. Cukup pantau  hasil dari kompetisi tersebut.

Itu juga alasan kenapa dari Timnas U17, U18, U19, tidak ada manajer. Coach Indra yakin bisa mengelola tim dengan baik tanpa ada yang menunggangi. yang akhirnya sudah dibuktikan kepada masyarakat Indonesia.

Soal kontrak, bukan kali ini saja kok. Dari dulu bukankan pssi selalu bermasalah menyoal pemenuhan hak ofisial pemain, pelatih dll. Sewaktu transisi kepengurusan, ada turbulensi Indra akan diganti, April 2013. Kandidatnya Luis Manuel Blanco, pelatih asal Argentina. Hadirnya Blanco juga 'dadakan'. Dia mengkudeta Nilmaizar. sewaktu itu BTN msh ada 2,versi La Nyalla &Isran Noor tapi yang sering muncul Habil Marati

Singkatnya, Indra tidak jadi digeser sebagai asisten karena Blanco yang diproyeksikan ke tim senior justru terlempar tanpa pernah melatih

Di tengah ketidak pastian, isu pergantian, pemenuhan hak yang selalu terlambat, Indra dan staf terus bekerja.  Sasarannya Piala AFF U19,  Indonesia juara kemudian lolos ke putaran final Piala Asia di Myanmar tahun depan.

Wajar jika pertanyaan seputar kontrak merebak selama 2 turnamen, ofisial pelatih belum tanda tangan kontrak dengan PSSI/BTN. Bekerja hanya berdasarkan SK. Istilahnya mengaplikasikan ilmu ikhlas

Setelah ramai, baru federasi berjanji segera mendiskusikan detail kontrak ofisial pelatih timnas Indonesia U19 pekan depan, Lalu bagaimana federasi memenuhi hak pelatih sekitar 3 bulan terakhir tanpa perjanjian hitam di atas putih?  "Itu urusan di internal kami-lah.Masa kami buka ke publik?,"cetus salah seorang petinggi federasi.

Semoga tidak alpa memenuhi kewajiban atas Ofisial timnas U19 dua turnamen terakhir ada 11 org. 1.Indra-pelatih, 2.Eko Purjianto-asisten, 3.Nursaelan-pelatih fisik... 4.Jarot Supriadi-pelatih kiper, 5.Guntur Cahyo Utomo-pelatih mental, 6.Alfan Nur Asyhar-Dokter, 7.Aditya Prameswara-Fisioterapis. 8.Ade Ali & 9.Muhni-Perlengkapan, 10.Randy Nindito Boboy-Administrator, 11.Ruddy William Keeltjes-Penasehat teknik.

Sekarang dijanjikan ofisial akan dikontrak hingga 2015. Di bola Indonesia, sudah seringkali  banyak janji tapi sekian banyak pula yang tidak ditepati.

Demikian sedikit infomasi untuk kita semua, dan tetap semangat utk mereparasi sepak bola Indonesia.

Terimakasih kepada @ekopriyono10 yang sudah memberikan izin untuk posting tulisan ini di Kompasiana.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline